Sabtu, 26 Februari 2011

HIMpersada1998-2004

HIMpersada1998-2004
( No - Song title - The artist )


Pengantar :
Ketika trend internet menjamur dan ajang milis begitu merajelela di seantero jagat komunikasi online ( selain media chatting dan tentunya sebelum datangnya fenomena friendster ), kami telah me-list lagu-lagu apa saja yang pantas dinobatkan sebagai song of the year versi chart HIMpersada tentunya.
Tiap tangga lagu tentunya memiliki kesubyektifannya sendiri, sama seperti ajang penghargaan musik yang kerap diberikan oleh berbagai media, entah itu karena penilaian atas hasil penjualan copy rekaman, favoritnya suatu lagu di satu kalangan tertentu, maupun dari segi artistik musikalitasnya. Seperti yang sudah kami tekankan, penilaian yang berbeda-beda akan itu hal bebas dan sah-sah saja, seperti juga chart tahunan yang kami buat sekarang ini.
Untuk anda yang mungkin baru tune in dalam hitlist ini, perlu anda ketahui bahwa ajang ini sudah kami gelar sejak tahun 1998. Dan untuk anda yang ketinggalan momen2 terbaik di tiap tahun yang telah 7-8 tahun terlewati, kini kami sajikan sedikit ringkasannya. Selamat menikmati.

1998 : Inikah cinta ( M.E. )
Boleh dikatakan kehadirannya grup boyband yang mengusung aliran RnB ini pada awalnya tidak terlalu menarik pasar. Maklum konsep grup vocal cowok kala itu masih dianggap sebagai pengisi pasar cewek-cewek ABG. Tokh ditengah kelesuan pasar gara2 kasus kerusuhan Mei 1998, itu mereka yang menamakan diri grup M.E. ini berhasil menggebrak pasar dengan hits single-nya “Inikah cinta”. Omong2 lagu ini pernah pula lho dinyanyikan penyanyi asal jiran Sheila Majid dengan versi yang nggak kalah ear-cathcing. Tapi sayang seiring kesuksesan itu, M.E. malah bubar kagak jelas kelanjutannya selain kemunculan duo Denny Didan yang bisa dibilang kurang begitu sukses.

1999 : Dan ( Sheila on 7 )
Di tahun inilah, para musisi yang tadinya bernaung dalam indie label kemudian diorbitkan oleh Sony Music Indonesia benar-benar memborbardir pasar musik Indonesia. Nggak tanggung-tanggung, di tahun inilah kita mengenal grup musik baru semacam Cokelat, Wong, PADI, dan tentunya Sheila on 7 yang benar-benar jadi jawara di album perdananya. Saat single “Kita” yang jadi soundtrack sebuah program tv swasta dirilis, kuping penikmat musik masih belon ngeh atas kehadiran grupband asal Yogyakarta ini. Baru setelah lagu “Dan” diperdengarkan di banyak radio, hampir tiap hari tuch lagu pasti di-request melulu. Gitu juga dengan single “Anugrah terindah yang pernah kumiliki” pun nggak kalah melesatnya.
Sebagai runner-up di tahun ini, kami memilih PADI dengan single jagoannya “Sudahlah”, yang sebelumnya sempat juga muncul lewat album kompilasi IndieTen dengan lagu andalannya “Sobat”.

2000 : Jika ( Melly Goeslaw & Ari Lasso )
Bila teringat tentang dikau / jauh di mata dekat dihati…. Lirik yang sederhana, tapi berkat perpaduan yang dahsyat antara Melly Goeslaw yang kala itu tengah  merilis album solonya ( bukan dengan grup Potret ) menggandeng Ari Lasso yang saat itu tengah gundah gulana akibat ada masalah dengan grupband Dewa. Diakui sendiri oleh Ari Lasso, bahwa titik awal percaya dirinya pulih dan menyadari bahwa dirinya masih diharapkan penikmat blantika musik Indonesia adalah lewat single duet ini.

2001 : Sesuatu yang indah ( PADI )
Setelah tahun 1999 gagal memegang tampuk juara lagu karena “dikalahkan” oleh Sheila on 7, maka tahun 2001 ini posisi PADI memang sulit tidak tergoyahkan. Bagaimana tidak, tiga lagu dari album “Sesuatu yang tertunda” ini justru pada waktu yang hampir bersamaan bisa berebut tempat di banyak tangga2 lagu radio, entah itu dengan single “Sesuatu yang indah”, “Kasih tak sampai”, dan “Semua tak sama”.

2002 : Karma ( Cokelat )
Mengejar kesuksesan PADI, tahun 2002 ini dijadikan grup band Cokelat sebagai periode memborbardir pasar dengan 4 single jagoannya yang secara konsisten nongol di kuping fansnya. Dimulai pada awal tahun, single “Karma” menghentak chart radio saling berebut posisi dengan lagu soundtrack Melly Goeslaw untuk film “Ada apa dengan cinta?”. Di paruh kedua tahun 2002, single “Jauh” mengambil estafet kepopuleran album “Rasa Baru” ini. Di awal semester ketiga, muncul lagu jagoan karangan Eross Sheila on 7 untuk soundtrack film “Bendera”. Dan diakhir tahun 2002, sebagai penutup terbitlah single “Luka lama”. Nggak heranlah grupband ini menjadi favorit teratas di ajang MTV Asia Awards 2003 untuk tokoh musisi terfavorit wilayah Indonesia.

2003 : Masih sahabatku kekasihku ( ADA band )
ADA Band sempat ti-ada alias vakum sejenak setelah ditinggal sang vokalis Baim yang memilih untuk bersolo karir. Maka ajang pencarian untuk mengisi posisi penyanyi yang lowong pun diadakan oleh para personilnya, meski tentunya tanpa publisitas semacam INXS nyari vokalis lewat ajang reality show RockStar. Dan hasilnya nggak percuma memang, single pertama “Masih sahabatku kekasihku” berhasil nangkring lama di berbagai chart radio. Begitu juga kesuksesan menyertai single keduanya “Manja”.  Sampai yang mau request lagu saja bisa kebingungan milih salahsatu lagu diatas untuk minta diputarkan.

2004 : Ada apa denganmu ( Peterpan )
Di awal tahun, kondisi lesu mewarnai peta musik Indonesia. Maklumlah kala itu lagi hangat-hangatnya digelar kampanye pemilihan umum untuk memilih anggota legislative dan yang paling hot tentunya pemilihan presiden secara langsung. Nyaris sebenarnya tahun ini tanpa hits jagoan bila saja Peterpan tidak merilis album keduanya yang fenomenal. Kepopuleran Peterpan sendiri sebenarnya mulai terlihat ketika mereka ikutan gabung dalam proyek album kompilasi single “Mimpi yang sempurna”.
Setelah dilihat oleh para petinggi Musica, bahwa grupband ini punya potensi mulai dech mereka dikasih kepercayaan buat menggarap album sendiri. Album pertama “Taman langit” mendapat sambutan yang lumayan oleh pasar dengan hit single seperti “Sahabat” dan “Bintang di surga”. Dan di tahun 2004 ini, di tengah lesunya pasar, tanpa dinyana Peterpan berhasil merontokkan rasa skeptis pasar dengan dirilisnya album kedua “Bintang di surga”. Terbukti rekor penjualan jutaan copy dari Sheila on 7 bisa tumbang ditangan grupband asal Bandung ini. Di tahun 2005 ini, Peterpan pun diganjar berbagai macam penghargaan dalam berbagai kategori di AMI Awards 2005. Selamat, yach !

HIMusiklopedia 2010

IIIHIMusiklopedia2010

TV music
Boleh dibilang tahun 2010 ini masa paceklik program musik baru di layar kaca kita. Masih berkutat pada acara liveshow pagi dan sore hari, seperti : Inbox SCTV, Dahsyat RCTI, Derings TransTV, maupun Mantap ANTV. Lebih tepatnya belum ada gebrakan berarti yan cukup fenomenal. Demikian juga dengan daftar pengisi acara musiknya, kebanyakan masih yang itu-itu lagi. Bisa jadi karena acara tersebut ditayangkan harian, jadinya penampilan mereka tidak lagi tergolong istimewa. Paling musisinya datang ke studio, ngobrol2 bentar bareng prenster, lalu memulai aksi panggungnya guna keperluan promo singel terbaru ( yang katanya sich kebanyakan vokalisnya pakai teknik lip-synch, atas dasar urusan teknis ).
Fenomena @ll4y turut mewarnai wajah program musik kita. Dari gaya tangan bergulung, bersorak, sampai tarian rame2 sudah menjadi polah ciri khas mereka. Demikian juga dengan aksesoris dan pernak-pernik gaya berbusana yang mau ngikutin harajuku-style, tapi kok jatuhnya ke model ciri berpakaian ala para personel band pop melayu ?!
Omong2 soal band pop melayu ( meski penyematan kata aliran musik ”melayu” sempat diperdebatkan ), boleh dibilang cukup diberi ruang oleh program musik tv, ketimbang katakanlah band beraliran pop kreatif, jazzy, RnB, yang airplay-nya kencang di radio tapi malah melempem durasi penampilannya di layar kaca. Tak lupa mengenai acara kuis yang memasukkan instrumen pertanyaan soal musik seperti Missing Lyric dan Happy Song. Wah, acara favorit para penggila karaoke tuch. Tokh, lama kelamaan kok jadi membosankan juga yach ?!
Oh, ya sekedar usulan saja, mungkin kedepannya ada program tv yang mengupas soal resensi singel / album baru dengan tagline ”Behind the song”, mirip2 kiat promosi film yang kerap 1-2 minggu sebelum diputar via layar lebar, penonton dapat kesempatan cuplikan via ”behind the scene”. Sepertinya langka banget pekerja infotainment mau bersusahpayah menggarap tema review beginian, yang ada baru sebatas membuat artikel tentang konfrensi pers introduksi album baru atau menayangkan konser launching album paling gres dengan slot blocking-time.


In & out
Untuk yang in ( masuk ) tahun ini, tersebutlah nama Sandhy Sondoro yang merintis karir musiknya justru di dataran Eropa terlebih dahulu. Kemunculannya di pentas JavaJazz2009 lalu menjadi pintu pembuka kiprahnya masuk pergaulan dunia musik internasional. Gimana nggak, sampai2 pencipta lagu dunia semacam Diane Warren tertarik mengundang dia untuk tampil di acara tv Amerika Serikat. Bagi blantika musik tanah air, setidaknya menambah khasanah daftar penyanyi solo pria bersuara khas, disamping Afgan, Glenn Fredly, Vidi Aldiano, Glenn Fredly, Marcell, dst. Tak lupa yang tergolong “in” apalagi kalau bukan sosok Syahrini, yup bisa dibilang menggeser pamor Krisdayanti yang selama ini lekat dengan karakter seorang Anang Hermansyah, maksudnya bukan dari segi gosip kedekatan mereka, tetapi tentang kesesuaian nada (tune) mereka dalam membawakan lagu duet.
Yang out ( keluar ) untuk tahun ini adalah Shanty, loch ?! Yup, maksudnya setelah melaksanakan resepsi pernikahannya, tersiar kabar neng asal Sukabumi ini hendak gantung sarung tinju, eh gantung mikrofon demi pengabdiannya buat sang suami yang kin ditugaskan di Hongkong. Tapi tenang, boleh mundur dari dunia showbiz, tapi kabarnya tahun depan dia bakal merilis buku seputar pengalamannya di dunia entertainment selama ini dari zaman nge-VJ di MTV sampai pontang-panting bikin album. Juga untuk tahun depan, kiranya kita bakal kehilangan Afgan yang bakal melanjutkan tingkat pendidikannya terlebih dahulu. Moga sukses yach !
Gosip in sekaligus out yang mewarnai tahun 2010 ini apalagi kalau bukan rumor bakal hengkangnya Once dari Dewa19 yang boleh dibilang tahun ini relatif vakum. Dan yang makin bikin penasaran, apa benar Dhani Ahmad sedang menjajaki Ari Lasso untuk kembali menjadi vokalis grupband asal kota Surabaya ini ?
Btw, ditengah festival musik kelas dunia yang sudah mapan skedulnya seperti JavaJazz, Jakarta Jam, Java Rockin’Land, dan Soulnation, lha justru gelaran konser pesta musisi dalam negeri malah sedang mati suri. Yup, ada apa dengan Soundrenaline ?


Voice show
Redupnya popularitas Indonesian Idol sebagai ikon ajang pembuktian bagaimana seorang idola diciptakan secara instan oleh media layar kaca, bisa dilang sudah diprediksi penulis bahkan sebelum acara digelar. Masih dipakainya teknik penjurian dengan sistem polling sms sebanyak-banyaknya itu justru berdampak negatif bagi preferensi orang bahwa ajang tersebut adalah popular contest, bukan singing contest. Kapan yach ada kontest unjuk suara ala Asia Bagus ?
Tersebutlah program Indonesia Mencari Bakat yang mendobrak imej tersebut. Vote via sms memang masih dipakai tapi dikemas lebih soft oleh presenternya. Memang konten acara IMB ini lebih variatif, namun tampilnya penyanyi muda berbakat yang dianggap olah vokalnya lebih berkualitas ketimbang kontes nyanyi yang beneran, sungguh mengagetkan banyak kalangan. Indosiar pun buru2 mengemas acara Indonesian Got Talent dan RCTI memunculkan reinkarnasi Idola Cilik dengan tajuk : Aksi Anak Bangsa. Lalu berturut-turut muncullah variasi acara menyanyi lainnya dengan tambahan artistik koreografi ( yang terkesan dimirip-miripkan ala tampilan Glee ), seperti Suara Indonesia dan Voice of Indonesia. Aneh yach judul programnya, cuman hasil terjemahan gitu J
Nah, itu untuk yang pesertanya sendiri2 maupun paduan suara, sedangkan untuk kompetisi grupband2 pendatang baru ? Dulu di layar kaca ada yang namanya DreamBand, namun kini sepertinya ada 2 ajang off-air yang dijadikan acuan : A Mild Live Wanted dan La Light IndieFest. Yang tembus sampai putaran final biasanya ( meski sekelebatan ) berkesempatan juga diliput program tv loch. Para finalis juga nanti dibuatkan album kompilasi sebagai entry-point sebelum nantinya dibuatkan full albumnya. Itu yang versi jalur layar tv, sedangkan untuk jalur ngetop secara “karbitan” lainnya bakal penulis kupas di edisi pekan depan.


Labels
Menjamurnya banyak artis pendatang baru yang memborbardir pasar dengan berbagai singel tak terlepas dari peran label ”baru” yang bermunculan sepanjang tahun 2010 ini. Ada yang tampil seadanya, ada yang ”reborn”, bahkan ada yang langsung mengambil inisiatif untuk mensponsori acara secara gede-gedean. Berikut dibawah ini adalah beberapa contoh yang penulis amati.
Misalnya Nagaswara yang baru2 ini menggelar Nagaswara Music Awards sebagai bentuk apresiasi atas pencapaian prestasi para musisi yang berada dibawah naungan manajemennya. Bukan sesuatu hal yang asing lagi kalau jumlah artis yang ditanganinya sudah mencapai ratusan orang, Ada yang sukses dan ada pula yang jeblok, suatu hal yang lumrah, he3... Juga masih di tahun ini untuk memperkuat sisi pemasarannya, kanal media promo yang digunakan pun tak tanggung-tanggung, mulai dari divisi majalah ( Nagaswara Magazine ), radio ( NagaswaraFM Bogor ), dan televisi ( di TVRI ), sampai di beberapa screen-spot busway. Nagaswara yang dulunya mungkin dikenal sebagai perusahaan rekaman spesialis aliran musik tertentu, kini menjadi kekuatan baru yang patut diperhitungkan sepak terjangnya. Prestasi yang masih diingat penulis adalah ketika salahsatu lagu Wali yang juga diasuh Nagaswara berhasil dilirik orang asing untuk dibuatkan versi bahasa lainnya untuk pasar pendengar Eropa. Mantap !
Ada pula Falcon Music yang terangkat pamornya saat menjadi pendukung launching film Rhoma Irama dan Ridho Rhoma. Saat premiere filmnya pun digelar untuk menyasar segmen menengah keatas plus pengunjung yang datang dikasih handphone gratis yang berisi konten lagu2 Rhoma terbaru. Dan di pertengahan bulan Desember ini, Falcon pun menjadi salahsatu motor terselenggaranya ajang 1000bandsUnited yang berlokasi di Cibubur.
Keci Music. Di penghujung akhir tahun 2010 ini turut menjadi label pendukung soundtrack film ”Dalam mihrab cinta”. Namun yang menjadi perhatian banyak orang adalah ketika label yang satu ini bernai menggelontorkan duit yang begitu fantastis untuk mengerek Indah Dewi Pertiwi menjadi bahan perbincangan d industri musik tanah air.
Dari ketiga contoh diatas, bisa dilihat bahwa ruang gerak label tidak lagi melulu sebatas interaksinya dengan rekaman – distribusi – promo media. Ada pula yang kini merambah dalam mengurusi seputar RBT ( yang menurut penulis bakal menurun pamornya di tahun depan ), jadwal konser, sampai menjadi agen model iklan produk bagi musisinya. Materi lagu yang dulunya menjadi jualan utama, justru kini dianggap sebagai biaya pemasaran. Isu soal pembajakan tidak bergaung kencang seperti dahulu, lha materi lagunya malah kadang ada yang bisa ( malah disarankan ? ) gratis diunduh langsung dari internet, bahkan sebelum MD radio memasukan ke playlist. J


Music marketing
Baru-baru ini penulis mengunjungi sebuah toko kaset yang sebenarnya sih lebih dominan diisi oleh etalase CD dan DVD. Suasananya relatif sepi, paling pembeli yang datang pun sekedar yang ingin mengkoleksi album2 lama dalam format digital. Beda dengan yang penulis alami di era 80-90an, ketika saat itu videoklip dan chart lagu menjadi patokan kapan sebuah album baru dirilis dan mulai diburu penggemarnya.
Kini media pita kaset bergeser ke format digital yang bisa menyimpan banyak lagu. Tinggal colok di usb, ratusan lagu siap diputar. Bila di luar negeri kita mengenal iTunes, nach di pasar musik nasional kita mulai diperkenalkan pembelian lagu online secara legal lewat situs langitmusik. Modifikasi trik penjualan lainnya adalah jual konten mini album lewat bundling handphone. Setahu penulis, dengan sistem begini kebanyakan mengambil model jual putus alias tanpa adanya kewajiban sang provider handphone membayar royalti lagi, jadi yach dibayar per lagu dan fee sebagai brand ambassador doank.
Tokh, tidak semua orang sekarang ini memiliki player digital. Makanya untuk pemasaran di daerah, ada saja label yang tetap memproduksi kaset secara terbatas. Selain via jalur distribusi toko, tur konser,  titip jual di jaringan pasar retail, sampai memanfaatkan mbak kasir di rumah makan yang sekaligus merangkap salesman materi fisik pun dilakoni, he3... Yang penting disini adalah saat menjual materi fisik, mestinya ada benefit tambahan bagi pembeli, baik dalam bentuk imbuhan pemberian merchandise langka maupun undian ketemu sang artis misalnya.
Dan yang juga penulis lihat menjadi trend belakangan ini adalah mendayagunakan media jejaring sosial sebagai alat promo yang relatif efisien, kalau efektif ? Nach, disinilah celah yang masih perlu dieksplorasi lagi oleh tim pemasaran label. Selama ini mereka baru sebatas baru mengajak para penggemar untuk gabung ke adres FB atau follow Twitter mereka, tapi belum sampai ke taraf mengelola komunitasnya dengan baik yang secara tak disadari, mereka bisa menjadi agen “word of mouth” yang mumpuni. Untuk soal ini, coba dech belajar caranya ke komunitas pengguna mobil.


Think ( and do ) online
Dasar kau keong racun / baru kenal udah ngajak tidur... Cuplikan lagu diatas mendadak populer pertama kali menembus kancah blantika musik tanah air, bukan karena cengkok dan notasi tembangnya, melainkan disebabkan aksi “tak sengaja” duo remaja bernama Sinta dan Jojo. Itupun bukan suara mereka, tapi sekedar lipsynch dengan atraksi visual yang menggemaskan banyak orang. Dan ternyata tampilan gimmick seperti itu disuka banyak orang dan menjadi perbincangan publik, tapi tokh mereka tahu diri untuk tidak memaksakan diri sebagai penyanyi.
Justru yang dkenal pecinta musik tanah air sebagai artis “pendatang baru” keluaran YouTube adalah trio Gamal, Audrey, & Cantika yang lagunya kini tengah wara-wiri di airplay radio. Juga kabarnya ada orang Indonesia yang tahun depan bakal rilis singel khusus pasar Amerika, gara2 ada produser musik mancanegara yang tertarik dengan kemampuan vokalnya saat bersenandung di YouTube. Tak lupa, masih ingat dengan orang bule ( kalau tak salah asal Perancis ) yang dengan pede-nya membawakan lagu berbahasa Indonesia karangannya sendiri dengan tampilan norak, he3...
Mengacu pada trend seperti ini, bisa dibilang punya lagu bagus perlu didongkrak dengan jalur promosi visual yang bagus untuk segmen yang sesuai karakter imej yang ingin dibangun. CV tentang daftar pengalaman mengisi acara di kafe2 elite seolah menjadi cerita usang. Dari hasil dengeran yang penulis dapat, beberapa label sepertinya tertarik pula untuk membangun divisi pembuatan videoklip, sebagai sinergi atas promo media dan manajemen artis. Sori sori sori jeck... harga produksi videoklip tidaklah murah, apalagi kalau menuntut ada konsep spesifik yang pernah-perniknya bikin ribet. Kalau yang mau gampang, yach “ditempelkan” saja sebagai soundtrack sinetron kejar tayang, tiap hari pasti diputer kalau sinetronnya nggak tamat2 atau ost-nya berganti tema.
Justin Bieber Effect. Yup, dengan semakin banyaknya operator yang mulai menawarkan akses internet kecepatan tinggi dengan harga relatif terjangkau, kesempatan untuk menarsiskan diri di jagat maya tampaknya bakal kian menjadi trend. Upload cukup sekali, lalu tinggal di-tag di berbagai situs jejaring sosial, maka siap2 dilirik produser. Tentu saja untuk masuk ke industri musik, modal suara bagus tidak lagi cukup, perlu juga materi yang cocok dengan pasar dan kemasan penampilan yang layak jual. Untuk contoh kasus ini, tengoklah fenomena lagu yang cukup “meracuni” tempat2 karaoke belakangan ini : cinta satu malam J
            Eittss... tapi tunggu dulu, 2 contoh lagu diatas khan bolehlah tergolong fenomenal, tapi untuk dengaran penikmat radio seperti penulis ? Atau akankah para MD radio yang umumnya termasuk segmented berani memutarkan lagu2 dengen genre ( yang bagi sebagian orang dianggap cocok dengan jenis musik menengah kebawah yang sering dkatikan dengan stigma negatif : kurang berkualitas ) seperti itu ke dalam playlist-nya ?



Radio
More than just music. Yup, demikian tagline TrijayaFM yang memposisikan dirinya sebagai stasiun radio para professional muda. Konten radio saat ini memang tidak hanya soal musik, namun harus diakui dengan “keterbatasan” media radio yang mengandalkan kekuatan audio, musik tetaplah unsur nomor satu dalam menjalin komunikasi dengan pendengarnya, meski ada selingan talkshow, news, bahkan sampai drama radio. Dan yang juga membuat unik adalah satu lagu yang sama bisa dipersepsikan berbeda bila diputar oleh stasiun radio yang berbeda.
Bila di edisi tahun lalu, penulis mengangkat tema seputar “mengapa radio2 Jakarta lebih lambat trend airplay-nya ketimbang radio2 daerah”, maka kali ini berdasarkan hasil interviu beberapa pemerhati radio, penulis tertarik membahas ekspansi radio kedepannya bakal seperti apa. Berkaca pada gerak bisnis label yang kini tak lagi sekedar mengurus promo album musisi berikut penjualan rekaman, namun juga mengkombinasikannya dengan usaha RBT, manajemen artis, blocking media, sampai ke penjualan hak cipta untuk pihak luar negeri, radio pun sebenarnya tidak melulu sebatas menjadi saluran pemutar lagu semata.
Menurut pendengaran penulis, yang tengah menjadi gejala umum di radio2 Jakarta ini adalah kecenderungan mengekor pada konsep “hits player”, saling menunggu antar radio2 lain kira2 lagu apa yang bakal ngehits. Dulu di era 90an dengan menjamurnya band2 indie, justru banyak radio yang “meluangkan” waktunya untuk menjadi yang paling duluan untuk mengerek lagu menjadi hits. Entah karena MD-nya terlalu sibuk atau kebanyakan materi, sehingga proses seleksi itu akhirnya diserahkan pada pasar, antara lain tergantung lagu apa yang disodorkan oleh tim promo label maupun peringkat RBT. Akhirnya, jangan salah kalau ada stigma bahwa independensi radio2 ibukota tidak lagi berpihak pada mutu dan segmen pendegarnya, tetapi pada tekanan industri musik yang seolah tidak kelihatan namun terasa cengkeramannya.
Seiring penjualan gadget canggih yang mengakomodasi operator selular untuk lebih berlari menyediakan koneksi internet yang makin cepat, maka jangkauan radio2 tidak lagi berkutat terbatas di kota mana stasiun tersebut bersiaran. Sebagai contoh, sambil mencari2 berita di jagat maya, penulis pun memperlengkapi hiburan dengan mendengarkan radio2 luar Jakarta secara online, diantaranya : NagaswaraFM Bogor, dan 3 radio Bandung ( MGTFM101.1, RaseFM102.3, dan ArdanFM105.9 ). Dengan kecepatan maksimum 512 kbps, meski hasil streaming kadang tidak mulus, namun dari situ kita dapat melihat kompetisi radio tidak lagi dibatasi oleh sekat daerah.
Tim promo label pun masih melihat kekuatan potensi radio ini yang lebih cepat penetrasinya dalam melihat trend musik apa yang digemari, beda dengan katakanlah acara musik di televisi yang lebih dominan unsur komersialnya. Radio masih menjadi tolok ukur asal diberdayakan dengan tepat. Adanya rumor negative yang menyatakan bahwa beberapa susunan peringkat chart mingguan bisa dibeli label untuk mendongkrak popularitas sebuah lagu harus menjadi cermin berbagai jaringan radio untuk bisa survive menampilkan identitasnya ditengah kemungkinan “intimidasi” perangkat industri musik tertentu yang memakai cara2 yang tidak beretika.


Awards
Bagaimana menghargai pencapaian prestasi musisi dalam kurun waktu tertentu ? Dari tayangan impor, kita bisa mengambil contoh betapa bervariasinya jenis penghargaan yang mereka gelar, mulai dari : Grammy Awards, American Music Awards, sampai MTV Music Awards. Lha, dalam lingkup lokal kita ? Yang masih eksis sekarang, paling hanya AMI Awards dan MTV Indonesia Music Awards. Oh, ya tak lupa ada juga ajang yang diselenggarakan menurut versi stasiun tv, seperti : RCTI Dahsyat Awards dan SCTV Music Awards. 10-20 tahun yang lalu kita punya banyak acara semacam itu mulai dari yang berdasarkan kategori pita kaset ( BASF Awards dan HDX Awards ), kategori videoklip ( VMI ), kategori airplay dan kompilasi chart ( Clear Top10 ).
Di penghujung bulan Desember 2010 ini setidaknya ada dua ajang awards yang dikelola dengan pendekatan yang berbeda. Tersebutlah Nagaswara Awards yang memberi penghargaan atas pencapaian prestasi para musisi yang bernaung di label tersebut. Juga penghargaan untuk 50 penyanyi yang dianggap sebagai “the greatest singers” versi majalah Rolling Stone Indonesia. Diluar itu, apresiasi banyak digelar dalam bentuk konser solo, entah itu sebagai bukti dedikasi kiprahnya dalam karir musik maupun berbarengan dengan launching album baru.
Catatan penulis mengenai berbagai awards disini adalah adanya jarak antara penilaian “bagus” menurut dewan juri dengan ekspetasi masyarakat. Benturan antara yang “terbaik” versus “terfavorit” menjadi ukuran yang kerap diperdebatkan. Belum lagi ke soal pengkategorian lagu2 yang juga tak luput menuai kontroversi. Disamping itu dengan tampilnya beberapa musisi tertentu yang sering menjadi langganan nominasi menyisakan pertanyaan : sebegitukah minimnyakah artis yang dianggap "bermutu" ?

HIMusiklopedia 2009

IIIHIMusiklopedia2009


Genre
Daripada musik metal / lebih baik musik musik jazz… Begitu kata sebuah lirik gubahan grup Seurieus yang mungkin mewakili opini sebagian kalangan pecinta musik tanah air. “Metal” disini bukan aliran dari jenis musik rock, melainkan singkatan dari “melayu total”, he3… Di satu sisi, musik pop melayu ( untuk membedakannya dengan dangdut ) cukup mendapatkan tempat di berbagai tayangan musik televisi dan rating penjualan RBT, sedangkan di sisi lain jazz di penghujung tahun ini mulai merambah ke berbagai daerah. Bila selama ini festival jazz berskala besar hanya melulu ditemukan di Jakarta, sekarang bisa ditemukan semacam festivalnya di beberapa kota, mulai dari Bandung, Solo, Yogyakarta, sampai Ambon.  
Dari segi pergelaran konser, agaknya tahun ini cukup marak variasi musik yang dihidangkan kepada publik. Mulai dari pop-rock ala Soundrenaline di Bali, rock “beneran” di Jakarta Rockin’ Land, lalu ada merayakan hip-hop RnB via Soulnation, dance, sampai blues. Untuk kategori jazz, apalagi kalau bukan festival JavaJazz yang sudah menjadi ikon festival terpopuler di setiap bulan Maret. Sayangnya, JakJazz “tertunda” karena mungkin berdekatan dengan acara JiFFest.
Dangdut ? Nach, ini dia… meski ada media yang mengatakan status musik yang dijuluki oleh Project Pop ini sebagai “music of my country” ini tengah mati suri, setidaknya kemunculan “pangeran dangdut” Ridho Rhoma cukup fenomenal. Melihat dari perhelatan kampanye pemilu kemarin juga, beberapa lagu dangdut lawas masih punya greget dalam menarik atensi para simpatisan untuk bergoyang, he3… Dan jangan lupakan peran TPI yang masih tetap setia menghadirkan musik dangdut di jam prime-time, secara rating ?
  Btw, musik2 bernuansa humor dengan lirik yang menggelitik pun cukup mewabah tahun ini. Setelah tahun lalu ada singel dengan lirik nyeleneh “I just wanna say I love you”-nya Potret, tahun ini ada “hancur hancur hancur hatiku”-nya Olga, he3… Berikut beberapa lirik lainnya yang lumayan unik sebagai pengingat saja ( ada yang lupa-lupa ingat siapa penyanyinya, he3… ), ada yang kemudian cukup sukses menjadi jingle iklan, menembus peringkat atas nada sambung, bahkan dipakai sebagai bahan karikatur politik, he3…
-  tak gendong kemana-mana
-  C A minor D minor ke G ke C lagi
-  nggak ketahuan alhamdulilah
-  okelah kalo begitu 4x
… dst. J
         

MusikTV
Bagi anda yang tidak kerja kantoran atau setidaknya punya waktu luang dari pagi sampai sore hari, pasti sudah tak asing lagi dengan yang namanya acara “Dahsyat” di RCTI, “Inbox” di SCTV, “Derings” di TransTV, dan seterusnya. Tak ketinggalan, acara2 musik berbau kuis juga lumayan happening di tahun ini, sebut saja “Happy Song” di Indosiar dan “Missing Lyric” di TransTV. Tak heran kalau para pembantu rumah tangga sekarang ini lebih up-to-date soal lagu2 terbaru, bahkan bisa jadi sang majikan minta info tentang tembang2 yang lagi nge-hits kepada mereka, he3… Secara industri, dengan “etalase” seperti ini memacu mereka untuk “memproduksi” penyanyi ataupun band2 pendatang baru terus bermunculan ke layar kaca, sehingga sebenarnya ada kekhawatiran bahwa para new comer ini justru sebatas “one hit wonder”, semoga tidak.
Dari acara musik yang mirip “roadshow” mal ke mal ini, ada istilah baru yang menjadi fenomena : alay. Apaan tuch ? Yach, silakan cari definisinya yach. Tak lupa, seperti yang disinggung oleh beberapa media, ternyata rombongan pemirsa yang nampak hadir di studio maupun lokasi syuting diantaranya bukan karena mereka sekedar nonton gratisan ( yang dalam bahasa bercandanya : yang penting masuk tipi ), tapi ada juga yang dibayar secara professional. Meski mungkin ada yang agak canggung atau kaku, namun gerakan tarian serempak mereka mampu membawa atmosfer keriuhan, minimal yang tersaji di layar kaca menjadi tidak monoton.
Sebagai alat pemasaran, keberadaan videoklip menjadi brand-image bagaimana karakter artis hendak ditonjolkan. Hanya saja penulis rasakan dari segi visual artistic kok pengaruhnya tidak segreget di era videoklip 90an yach, sekedar asal ada. Jadi kangen dengan acara semacam VMI yang lebih fokus ke arah pencapaian kualitas visual musik. Btw, setelah edisi kolektor 150 album terbaik dan 150 lagu terbaik sepanjang masa versi Rolling Stone Indonesia, mungkin kedepannya tertarik membuat edisi khusus soal 150 videoklip terbaik Indonesia ( jangan lupa plus CD klipnya, he3… ) ?      


Duel vs duet
Sejak awal tahun 2009, “perang” segitiga antara Maia Estianty – Dhani Ahmad – Mulan Jameela begitu mewarnai infotainment, namun artikel ini mengulas dari sisi tema lagu yang mereka bawakan saja yach. Dengan singel “Pengkhianat cinta”, hal ini secara tak langsung untuk menohok Mulan Jameela, sedangkan untuk mas Ahmad Dhani dilantunkanlah tembang “Serpihan sesal”. Tak lama kemudian, eh muncul lagunya pentolan Dewa 19 ini dengan judul “Madu tiga”, sedangkan Mulan Jameela ft. Mitha The Virgin membawakan singel “Cinta mati II”. Bagai berbalas pantun, he3…
            Anang versus Krisdayanti. Bila menyimak album duet romantis mereka sekitar sepuluh tahun lebih yang lalu, rasanya kita takkan percaya pasangan ini bakal bubar. Sebagai curahan hatinya, tahun ini Anang menelurkan singel “Separuh jiwaku pergi” dengan potongan sebuah lirik yang belakangan ini malah dijadikan parody. Misalnya : kamu cantik sekali kalau lagi dandan, tapi tak beginiiii… ( maksudnya pengen bilang bahwa make-upnya ketebalan, he3… ). Nach, seolah tak mau kalah timing, KD pun meluncurkan singel anyar yang lebih “normatif” : Kamu di hatiku selamanya.
            Glenn Fredly vs Dewi Sandra. Setelah singel “Kapan lagi bilang I love you” yang cukup menggambarkan perasaan pedih dan kebingungan seorang Dewi Sandra, eh Glenn Fredly malah memberi jawaban yang “nggak nyambung” lewat lagu : Cuma kamu. Mungkin karena “nggak connect” itulah, lalu dirilislah singel “Mati rasa”. Entah karena merasa ada korelasi dengan tema lagu tersebut, kabarnya mas Glenn ini tertarik untuk jadi bintang videoklipnya. Halah… J


Trend
Tahun ini RBT dan konser keliling boleh dianggap masih menjadi tambang emas bagi para label dalam memberika pendapatan bagi artisnya, ketimbang mengandalkan penjualan kaset maupun CD. Maklum, meski kabarnya sudah ada beberapa tokoh musik yang masuk parlemen, urusan pembajakan mungkin belumlah menjadi prioritas para wakil rakyat tersebut, lha wong lagi heboh urusan CenturyGate gitu loch. Meski di satu sisi pembajakan secara “positif” menyebabkan akses masyarakat untuk mendapatkan koleksi lagu2 baru dengan harga murah ( dengan konsekwensi kualitas tidak dijamin ), secara negatif tentunya penghasilan dari hak karya pencipta dan royalty artis merosot yang berimbas juga pada pendapatan pajak pemerintah dari industri rekaman yang menurun.
Tak pelak ada beberapa manajemen artis sekarang yang mulai menggratiskan lagunya untuk di-download, dijadikan merchandise majalah musik dan remaja, maupun menawarkannya kepada produser program drama televisi agar singel-nya dijadikan soundtrack sinetron, sehingga lagu seolah-olah bukan lagi sebuah karya seni yang patut diapresiasi dengan harga jual tertentu, namun dijadikan sebagai bagian dari biaya pemasaran. Meskipun sudah ditempuh dengan cara demikian, ternyata distribusi lagu2 hingga ke masyarakat tidaklah selalu berbarengan, setidaknya itu tercermin dari sekilas pengamatan penulis setiap minggu memantau data chart2 radio untuk dimasukkan ke segmen HIMlisted. Hhmm, sepertinya kerjasama label maupun stasiun radio yang menjadi perantara antara karya musisi dengan pendengarnya mesti diperkuat lagi nich.
Yang juga cukup merepotkan penulis dalam memilah daftar lagu di artikel HIMpersada10 adalah adanya kecenderungan tiap artis melepas singel ketimbang full album. Bisa dengan cara nebeng di album kompilasi, album soundtrack, jingle iklan atau beli secara legal via internet. Misalnya : Afgan, singel pertama “Bukan cinta biasa” merupakan singel”, singel keduanya “Wajahmu mengalihkan duniaku” jadi jingle iklan, lalu ada lagu religiusnya yang dirilis bulan Ramadhan lalu, lha peluncuran album keduanya kapan ? Ada Pasto, Soul ID, RAN dan beberapa penyanyi lainnya yang menerapkan strategi tak jauh beda seperti itu.
            NB : btw sekalian promosi, penulis juga membuka diri untuk dikirimin sample lagu2 baru, kalau sesuai kriteria penulis, pasti donk bakal dimuat.


Radio
            Ada sebuah pertanyaan ironi yang sempat penulis baca di sebuah milis musik : ada radio yang masih muterin update chart lagu2 dangdut, nggak ? Sekedar informasi, boleh dibilang stasiun radio di Jakarta yang memutar dangdut mungkin hanya 3 besar ini : TPI 97.1FM, CBB 105.4FM, dan Bens Radio FM106.2. Radio Muara yang tadinya cukup intens menyetel dangdut pun kini berganti haluan menjadi M-Radio 106.6FM. Rupanya perubahan playlist musik tersebut tergolong sukses, setidaknya di beberapa minimarket yang tadinya memutar GenFM sebagai pengantar konsumen bebelanja, eh ada yang beralih ke stasiun radio tersebut, he3…
            Omong2 soal GenFM98.7, kehadiran radio yang satu ini cukup fenomenal mengubah peta persaingan radio2 Jakarta dan sekitarnya. Beberapa stasiun radio “elite” ( maksudnya rata2 porsi mereka untuk memutar lagu2 mancanegara lebih banyak ) yang tadinya emoh menyediakan kapling untuk musik Indonesia sekarang lumayan membuka diri. Untuk dengaran di pukul 20.00 wib saja, GenFM yang menyiarkan program 30 Ganas mendapatkan “kompetitor” program serupa di jam yang sama, misal : Indoku Mustang FM88, Musik AS ARH Global FM88.4, Asli Motion Radio FM97.5, dan Made in Indonesia MusicCity FM107.5.
            Di jam pagi, yang nemenin para karyawan di kantor beraktifitas ada “duel” Rilis di Oz Radio FM90.8 versus Funky Indo Request di 99ers FM99.9. Boleh dibilang, kedua stasiun radio yang berpusat di kota Bandung ini cukup memberi nuansa menyegarkan pada airplay angkasa Jakarta. Pilihan lagunya termasuk up-to-date, variatif, dan rotasi lagunya nggak terlalu monoton, serta lebih cepat menghadirkan singel2 baru dalam playlist mereka. Emang udah tipikal kebanyakan radio2 kota kembang, euy !
            Btw tentang up-to-date, sebenarnya ini juga pertanyaan penulis tahun lalu tentang : mengapa pergerakan mayoritas chart radio2 Jakarta lebih lambat ketimbang radio2 daerah ? Bila anda mencermati HIMlisted, terlihat ada jomplang daftar lagu2 yang tersaji. Di daerah, lagunya sudah jadi juara, di ibukota baru masuk nominasi atau pendatang baru. Di daerah lagunya sudah masuk singel kedua, eh di sini singel pertamanya baru juara. Disini mungkin paling banyak chart memuat sekitar 10-30 lagu lokal, lha di daerah bahkan sampai ada yang berani pasang jajaran tangga lagu tanah airnya sampai 50 tembang, rata2 tergolong gres pula !!!
Sebuah persebaran yang tidak merata, hhmmm… jadi bertanya2 sebenarnya apakah ini masalah distribusi atau kebijakan MD yang tidak pro-aktif ? Aneh memang, ada kesan rata2 MD sekitar daerah Jakarta tidak agresif men-setting lagu2 yang bakalan nge-hits, malah sepertinya menunggu dulu tembang apa yang kiranya digemari pendengar. Maka bila anda bertanya, apa motif penulis menayangkan chart HIMpersada10, yach salahsatunya supaya radio2 Jakarta mbok yach terpacu bisa jadi trend-maker, jangan kalah ach dengan radio2 Bandung dan derah lainnya. Motif lainnya, jadi ngebayangin gimana enaknya kerjaan para music director, he3…J
           

Rising star
            Go international. Biasanya kalimat klise ini yang dijawab kepada para musisi yang ditanya tentang apa obsesinya yang belum kesampaian. Namun, sepertinya bisa menaklukan pasar musik negeri tetangga pun sudah merupakan prestasi tersendiri, terbukti beberapa musisi negeri jiran sampai memohonkan agar beberapa radio sana membatasi pemutaran lagu2 yang dibawakan penyanyi Indonesia. Jadi terkenang ketika di era 90an awal kita “dijajah” musik2 melayu ala Search, Iklim, Wings, dst, eh sekarang kita sudah punya Kangen, ST12, Wali, Hijau Daun, dst, he3… Wah, lain kali panitia AMI mesti bikin kategori khusus nich buat mereka.  
            Tokh2, ditengah gempuran band2 beraliran pop melayu, ada juga “perlawanan” dari kalangan internal musik sendiri. Bukan dengan menyebut mereka yang bersebrangan sebagai “musik sampah”, tetapi menciptakan trend baru. Salahsatu contohnya ini dia : sebagai band pendatang baru, mungkin penampilan panggung mereka secara langsung masih agak canggung, grogi, cupu, atau apalah namanya, namun secara musikalitas mereka menawarkan konsep musik yang unik dan tokh bisa diterima pasar. Dengan Kevin Aprilio sebagai “leader”, tak heran unsur aransemen piano dan keyboard begitu mendominasi. Jadi teringat zaman Ahmad Dhani di album2 awal Dewa 19 atau pengaruh Adi Adrian di KLa Project, sebelum kemudian oleh waktu tergantikan oleh pengaruh efek gitar di era Piyu Padi maupun Eross Sheila on 7.
            Maka, untuk tahun 2009 ini, penulis tak salah kiranya memilih Vierra sebagai band pendatang baru terbaik. Belum lagi bila anda menyimak airplay lagu2 mereka di radio, setidaknya hingga tulisan ini diturunkan sudah ada 5 singel yang cukup membetot rikues pendengarnya, yakni : Dengarkan curhatku, Perih, Bersamamu, Rasa ini, & Terbang. Sedangkan untuk solois pendatang baru terbaik, pilihan jatuh kepada Vidi Aldiano. Penyanyi muda yang disebut-sebut sebagai pesaing berat untuk Afgan juga tak kalah dalam memproduksi hits2 yang lumayan mengena, setidaknya ada 5 pula yang penulis pantau sudah wara-wiri di airplay radio : Nuansa bening, Status palsu, Cemburu menguras hati, Cinta jangan kau pergi & Pelangi di malam hari. 


Prediksi
Berhubung, tahun depan sudah tidak ada musim kampanye, konser2 yang mendatangkan penyanyi kelas internasional nggak bakal terganjal sulitnya mengurus izin keamanan lagi donk ?! Hitung2 sebagai promosi pariwisata “Visit Indonesia”. Btw, mudah-mudahan rumor soal ajang musik tahunan Soundrenaline bakal absen di tahun 2010 tidak terjadi yach.
Acara musik tv dengan format presenter berjumlah 2 pria dan 1 wanita cantik akankah masih bertahan ? Lalu sampai sejauh mana sebagai insan musik tidak merasa prihatin dengan ajang kontes nyanyi anak-anak yang mayoritas membawakan tembang populer orang dewasa ? Come-backnya Indonesian Idol akankah mematahkan mitos soal penyanyi idola karbitan karena popularitas sms dan bukan sebab kualitas vocal ?
            Ketimbang ngegosipin kapan Ariel dan Luna Maya beranjak ke pelaminan, sepertinya lebih menarik untuk mulai menebak-nebak apa nama band pengganti nama Peterpan ? Menyimak sekilas dari logo yang sempat wara-wiri di berbagai pertunjukkannya, ada yang bilang mungkin namanya jadi : feather band ( plesetan peterpan, halah… ). Sabar, rumornya sich sekitar bulan Februari 2010, album mereka baru muncul. Mesti ngantre giliran dengan d’Masiv yang akhir tahun ini rilis album baru.
Koalisi Krisdayanti dan Maia Estianty di penghujung tahun 2009, boleh dibilang merupakan perpaduan antara “Diva + Ratu”, pertanyaannya : apakah ini pertanda bahwa selanjutnya akan ada “merger” juga antara Anang dan Ahmad Dhani untuk menggabungkan KD Production dan  Republik Cinta Management ? Udah ach, kok jadi makin ngawur begini teori2 gosipnya, he3… Yang penting, maju terus musik Indonesia !!!

HIMusiklopedia 2008

IIIHIMusiklopedia2008


Fenomena
            Secara umum boleh dibilang warna musik Indonesia sepanjang tahun ini didominasi grup band beraliran “metal” alias mellow total. Juga kecenderungan yang muncul adalah bahwa jenis pop melayu yang pada tahun 2007 bisa dianggap musik sampah ( setidaknya beberapa stasiun radio untuk kalangan tertentu ogah buat muterin ), sekarang justru mau nggak mau sedikit demi sedikit mulai memutarkannya. Mengutip lirik salahsatu lagu grup band Efek Rumah Kaca, mungkin sebagian dari kita “senang mendayu dayu, suka yang sendu-sendu” ?
            Masih ingat kasus lagu “Rasa Sayange” ? Juga permintaan bagi radio-radio Malaysia untuk “membatasi” durasi pemutaran tembang musisi Indonesia ? Sepertinya cukup banyak penyanyi maupun grup band kita yang belakangan ini melakukan dual-launching, maksudnya selain melakukan promo tour di Indonesia, juga merilis albumnya dalam waktu berdekatan di negeri tetangga. Bermula dari lalu lintas kaset “bajakan” yang dibawa oleh para TKI, akhirnya tak terbendung juga invasi musik Indonesia ini.
            Omong2 soal pembajakan, memang menjadi suatu keprihatinan semua insan industri musik kita. Angka penjualan kaset dan CD yang turun drastis, lalu coba disiasati dengan memanfaatkan penjualan lagu secara online maupun distribusi secara independen, contohnya seperti yang dilakukan DI3VA, Nugie, Maliq & d’essentials, Naif, dan The Upstairs. Kaset dan CD bukan lagi sebagai jualan utama, namun bisa dianggap sebagai biaya promosi guna mengail pendapatan dari sumber lain, yakni : RBT dan tawaran manggung.
            Di pertengahan tahun 2008 ini, mungkin anda belum lupa dengan kontroversi lagu “Gaby” yang diimbuhi dengan cerita sampai ada yang meninggal lalu berlanjut dengan perdebatan siapa pemilik lagu tersebut sebenarnya. Btw, kok dari jalur dangdut selama tahun 2008 ini nyaris tidak ada lagu sefenomenal “Sms” maupun “Kucing garong” di tahun 2007 ? J


Konser & festival
Sepanjang tahun 2008 ini boleh dibilang begitu maraknya musisi asing mengadakan konser di negeri in. Dari penampilan artis yang tergolong sekedar bernostalgia sampai yang menjadi idola anak muda sekarang. Mungkin yang agak “mengecewakan” adalah penundaan konser Rihanna. Berikut sekilas yang sempat penulis catat ( kalau ada yang terluput, penulis mohon maaf )
Januari 2008 : Switchfoot, My Chemical Romance
Februari 2008 : Bjork, BackStreetboys, Helloween
Maret 2008 : Baby Face, Manhattan Transfer; Skidrow, Diana Ross, TOTO
April 2008 : Duran duran
Mei 2008 : Sum41
Juni : ClickFive
Juli : David Benoit, Alicia Keys
Agustus : Rick Astley, Panic at the disco
September : Al Jarreau & George Benson
Oktober : Diana Krall, Ashanti, Akon, Avenged Sevenfold
November : Soulnation, JakJazz
Desember : Michael Franks, Extreme, Angel and Avenger
Dari dalam negeri sendiri pun, mungkin anda masih terkenang dengan konser tunggalnya GIGI, Memes, Vina Panduwinata, Glenn Fredly, Fariz RM, sampai Rossa. Moga lebih banyak lagi musisi lokal yang pede membuat konser solonya, dengan harga tiket yang kompetitif tentunya.
Selain konser, panggung musik nasional juga disemarakkan dengan konsep festival. Mulai dari agenda rutin JavaJazz, Jakarta Jam, Soulnation, dan JakJazz. Moga2 ajang kampanye dan pemilu 2009 tidak menyebabkan kegairahan acara industri musik seperti ini stagnan gara2 sulitnya soal perizinan.



Diluar kotak
Penulis tidak berani mengkategorikan mereka sebagai musik “sampah”, mungkin lebih tepatnya sebagai alternative dengaran. Setidaknya stempel negative tersebut sering dilayangkan pada 2 grup band yang lumayan naik daun di tahun 2008 ini, yaitu : ST12 dan Kangen Band. Juga yang cukup memberi “warna” lewat nuansa musik “bermain-main” mereka adalah Project Pop dan The Changcuters.
Berani keluar dari kemapanan juga dilakoni oleh Andra & the backbone yang lebih bersinar ketimbang lakonnya sebagai gitaris Dewa19. Juga yang cukup melegakan bagi Satrio, mantan personel Maliq & d’essentials ini cukup sukses mengusung grup band barunya : Alexa.
Tahun 2008 ini juga disemarakkan dengan kemunculan penyanyi cilik di era 90an yang merilis album remaja-dewasanya, sebagai contoh : Tina Toon, Saski ( itu loch yang dulu berduet dengan Geoffany ), Chikita Meidy, Bondan Prakoso ( bareng Fade2black ), sampai Joshua ( sudah denger singel O Box part.2-nya ? )


Radio
Untuk mengetahui trend musik terbaru, radio tetap menjadi pilihan utama. Lewat chart mingguannya, kita bisa tahu new entry maupun top request berdasarkan hasil racikan para MD. Belum lagi sudah hal jamak sekarang kita bisa mendengarkan streaming radio via media online, jadi siaran yang tadinya lokal bisa dipancarkan hingga ke seluruh pelosok dunia. Hanya sayangnya, selama penulis memantau perkembangan beberapa chart lewat situs yang tersedia, update data mingguannya masih tidak konsisten. 
Dikarenakan penulis tinggal di Jakarta, maka ada sekilas review soal perkembangan radio2 ibukota. Kehadiran 2 stasiun radio Bandung ( OZ & 99ers ) setidaknya cukup memberi kita gambaran mengapa banyak bermunculan bibit baru para musisi muda dari kota kembang tersebut.
Gejala “Bandung invasion” ini mungkin masih berlanjut bila radio2 “gaul” Jakarta tidak mengantisipasi trend musik anak muda yang tampaknya sekarang begitu cepat. Setidaknya hal ini bisa penulis tengok bila tengah memantau chart radio2 ibukota dan sekitarnya, kok stasiun2 radio daerah lebih agresif menawarkan lagu rilisan baru juga dalam format daftar yang lebih banyak. Seperti yang tercatat di HIMlisted, yang paling banyak adalah chart Mozaik dari MostFM Medan yang memuat 40 lagu, sedangkan yang paling sedikit adalah Persada 7 milik radio Ardan Bandung ( belum lagi ditambah 7 lagu second/third singles ).
Satu lagi kritik untuk radio2 ibukota, nyaris tidak saya jumpai format chart dengan menjaring data permintaan lagu pendengar di jam rikues, sedangkan di radio2 daerah justru konsep program tersebut sudah jamak dan jadi barometer pembanding dengan yang dibuat oleh MD. Wah, kalau bicaranya sudah seperti ini, kapan yach penulis ditarik jadi MD aja, he3…


Artis tahun ini
Grup band tahun ini tak pelak kita sematkan pada d’Masiv. Baik di radio maupun tv, penampilan mereka tampaknya menjadi “most wanted” untuk setiap acara musik. Lewat lagu2 juaranya macam : Cinta ini membunuhku, Di antara kalian, dan Merindukanmu secara bergantian nangkring di berbagai chart radio, sedangkan 2 singel lainnya seperti Aku percaya kamu dan Diam tanpa kata juga termasuk dalam jangkauan putar di beberapa acara rikues.
Sementara grup band lainnya malah justru lebih dirundung masalah di luar topik musik. Misalnya Ungu yang tahun lalu cukup booming, sekarang album religiusnya tidak begitu gegap gempita disambut public ( faktor jenuh ‘nkali yach ), yang ada malah tentang konflik rumah tangga vokalisnya. Demikian juga dengan Dewa 19, bukan lagunya yang dikritik tidak “ear friendly” tetapi malah soal videoklipnya. Juga tak lupa, perseteruan segitiga antara Ahmad Dhani – Maia Estianty – Mulan Jameela yang begitu happening di awal tahun 2008.
Ada yang pisah ada pula yang berkumpul kembali. Kelompok yang “pisah” personel antara lain duo Maia, Jamrud, dan Seurieus. Sementara yang mengadakan justru “reunian”, bisa kita sebut Java Jive, Emerald, sampai KLa Project. Dari jalur penyanyi solo pria, tahun 2008 mencuatkan nama Afgan sebagai talenta baru yang langsung meroket. Oh, ya no more Peterpan di tahun 2009 dan seterusnya karena bakal ganti nama.

HIMusiklopedia 2007

IIIHIMusiklopedia2007

Fenomena
Bila selama ini ada semacam “pertarungan” antara sisi komersial dari major label dengan segi idealis dari indie label, justru di tahun 2007 ini ada satu jenis aliran yg menggedor imej kemapanan musik pop menurut rata2 standar music director stasiun radio2 berpengaruh. Kangen Band boleh dianggap sebagai pendobrak hal “tabu” seperti itu dimana segmen pecinta musik yang disasar justru dari kalangan kelas C dan D ( istilah lembaga survey untuk mengkategorikan kelas masyarakat menengah kebawah, harap dikoreksi kalau saya salah pengertian ).
Meski caci-maki dari beberapa insan musik yang sudah mapan menerpa mereka, tokh justru seakan memberi jalan bagi lagu2 sejenis untuk tampil kemuka. Jadi, mengalirlah beberapa musisi pendatang baru yang ikutan merangsek pasar pendengar seperti ini, diantaranya : Repvblik, ST12, Lobow, Jenderal, T2, Vagetoz, sampai tentunya Matta Band yg lagunya “Ketahuan” kerap diplesetkan menjadi bahan humor plesetan. Btw, semoga lain kali Melly Goeslaw tidak membuat blunder lagi seperti saat membentuk BBB, ok ?!


Duet & duel
Dalam satu kesempatan mereka dalam posisi duet dan duel karena dianggap berkompetisi dalam satu aliran musik atau asal-usul yang tak jauh berbeda. Sebagai contoh : Dewa19 vs Andra & the backbone, penulis rasa untuk tahun ini pamor Dewa19 kurang bersinar ketimbang Andra yg lebih fresh. Ratu vs Dewi-dewi, grup bentukan Maia Ahmad ini masih belum mampu dikerjar popularitasnya oleh trio bentukan sang suami. Kotak vs Kapten, 2 jebolan acara realityshow DreamBand tampaknya belum juga menemukan resep yang pas untuk bertarung lebih a lot dalam blantika musik Indonesia.
Sherina vs Gita Gutawa, tampaknya cap penyanyi lagu2 anak masih belum lepas dari pencitraan Sherina meski secara lagu sudah menunjukkan ada perubahan segmentasi pecinta musik yang dituju, sedangkan vocal Gita Gutawa memang lagi unik-uniknya. Intan Nuraini vs Sharul Gunawan, kaget juga waktu kedua orang yang pernah pacaran lama ini mengeluarkan album dengan selisih waktu yang tidak berjauhan. Dewi Sandra vs Glenn Fredly, meski kedua sudah menjadi pasangan suami istri namun tokh gaya musik mereka diusahakan berbeda : Dewi Sandra mengarah ke pop R&B, sedangkan Glenn Fredly lebih ke arah pop jazzy. Rini Idol vs Mytha Mamamia, meski menjadi juara di dalam ajang kontes nyanyi yang berbeda tetapi rilis single jagoan mereka tergolong berdekatan lho.
Last but not least : Peterpan vs The Titans, kita tunggu kolaborasi manggung konser bareng mereka yach ! Wah, jadi teringat waktu public musik menanti kolaborasi Slank vs BIP, he he…

Couple
Bukan karena tidak merasa pede, lalu sebuah lagu dinyanyikan berdua. Umumnya tentu saja berisi vokal pria dan wanita yg bersahutan. Beberapa contoh yg muncul tahun ini : Melly Goeslaw ft. Andhika Pratama ( Butterfly ), Ari Lasso ft. Bunga Citra Lestari ( Aku dan dirimu ), J-rocks ft. Prisa ( Kau curi lagi ), Buktikan ( Dewi Sandra ft. Rayen Pasto ), Hey ( Ipang ft. Sheila ), Dirly & Ghea ( Kemenangan hati, dari album Yovie Widiyanto ).
Namun dalam kasus lain ada juga proses kolaborasi dimana ada 2 tokoh namun hanya 1 musisi yang suaranya dikedepankan semisal : Munajat cinta ( The Rock ft. Ahmad Dhani ), Kau buatku menangis ( Khrisna new spectrum ft. Dudi The Nuno ), dan Pergi ( Andezzz ft. Amandia ).


Soundtrack
Diantara keroyokan film2 bertema horor misteri, ada juga film2 nasional yang berformat drama yang bukan bergaya sinetron tentunya. Dan hebatnya lagi, setiap rilis filmnya pasti didahului dengan soundtracknya dulu diperdengarkan ke berbagai stasiun radio seperti : Badai pasti berlalu ( Ari Lasso ), Nagabonar jadi dua ( PADI ), Love is cinta ( Acha & Irwansyah ), Bukan bintang biasa ( BBB ), Coklat Stroberi ( Ungu ), Tiga hari untuk selamanya ( Float ), Untukmu selamanya ( Ada band ), Pandangan pertama ( Slank ft. Nirina ), Butterfly ( Melly Goeslaw ft. Andhika Pratama ), dan Medley – batas impian lelaki ( Ten2five ). Boleh dibilang mungkin Melly Goeslaw ini tergolong spesialis pembuat soundtrack, apa kabar grup Potret-nya ?
Sedangkan untuk soundtrack sinetron sich jangan ditanya, bejibun… kadang nggak perlu nyambung dengan tema ceritanya seperti apa. Agak nge-“klik” pas saat disebutkan nomor NSP atau RBT-nya pas lagu temanya dinyanyikan via layar kaca.



Go internasional (?)
Berapa banyak lagu Indonesia yang muncul di tahun 2007 ini yang anda dengar diantaranya kerap menggunakan judul lagu maupun album berbahasa Inggris ? Sekedar mengambil contoh saja untuk lagu :  Let’s dance together ( Melly Goeslaw ft. BBB ), Baby doll ( Utopia ), Heaven ( Maliq & d’essentials ), I love you ( Dewi Sandra ), I’m sorry goodbye ( Krisdayanti ), Happy Sunday ( Glenn Fredly ), I need you  ( Pasto ), Sexy ( Lusy Rahmawati ), Tonight ( Dimi ), dan Butterfly ( Melly Goeslaw ft. Andhika Pratama ).
Sedangkan untuk judul album, beberapa contoh diantaranya : Free your mind ( Maliq & d’essentials ), Star ( Dewi Sandra ), Mindnsoul ( Melly Goeslaw ), If loving you is wrong I don’t want to be right ( The Fly ), Cinemastory ( ADA Band ), Don’t make me sad ( Letto ), Top Up ( Nidji ), dan Unbreakable ( Shanty ). Kalau untuk alasan go internasional mungkin terlalu klise, tapi sepanjang terdengarnya enak sich nggak terlalu masalah. Lha wong Ten2five saja sudah melangkah lebih jauh lagi, membuat sebuah lagu berlirik bahasa Jepang.
Hal yang cukup unik yang penulis dapat dari kesan beberapa musisi Indonesia yang melakukan promo album di Malaysia, ternyata banyak lagu hasil karya anak bangsa kita yang justru merajai airplay banyak stasiun radio disana. Bahkan untuk program tanggalagunya pun rata2 didominasi tembang2 Indonesia. Hhhmmm… mungkin tahun depan sudah saatnya ada jaringan radio Jakarta yang berekspansi membuka cabang di negeri jiran sana, mungkin dari grupnya Prambors, i-radio, atau OZ ?


Side project
Selain ribut2 kisah “infotainment” antara Ahmad Dhani dan Maia, boleh dibilang dari pentolan grupband Dewa 19 ini begitu banyak melahirkan “anak cabang” musisi baru. Maia Ahmad kini tampaknya lagi sibuk hunting untuk personel Ratu, setelah pisah dengan Mulan. Ahmad Dhani bikin proyek Dewi-dewi dan The Rock. Sementara Once merilis album solonya dengan judul lagu andalannya yang belum ada judul resminya. Mungkin yang agak menjanjikan untuk prospek selanjutnya adalah Andra & the backbone, proyek solonya Andra Ramadhan, gitarisnya Dewa19. Jangan salah, pentolan grupband lainnya juga punya proyek “sampingan” seperti Eross Sheila on 7 yang menangani Jagostu, Piyu Padi berperanserta dalam kemunculan Drive, dan Yovie “Kahitna” Widiyanto turut mengangkat Andity.
Ditengah keprihatinan akan merajalelanya pembajakan kaset dan cd musisi lokal di blantika industri musik nasional yang mengakibatkan sulitnya musisi kita meraih penghargaan multi plantinum untuk penjualan ratusan ribu bahkan sampai menembus jutaan copy rekaman, tampaknya bisnios RBT dan tur konser menjadi pemasukan lain yang lebih menjanjikan. Juga mulai terlihat cara2 baru dalam mendistribusikan hasil karya para penyanyi ini bukan dengan memajangnya di toko musik, namun menjualnya secara online, berkampanye di situs2 internasional, sampai memberikannya secara gratis via dengan perantaraan media massa.

Recycle & repackage
Disamping rilis lagu2 baru, beberapa musisi turut menyertakan lagu lama yang pernah populer di era 80-90an untuk dibawakan ulang dalam versi yang diupayakan sesuai cita rasa pendengar musik sekarang. Berikut beberapa contohnya : Kugadaikan cintaku ( Glenn Fredly - Gombloh  ), Badai pasti berlalu ( Ari Lasso – Chrisye / Berlian Hutahuruk ), Mungkinkah terjadi ( Grogie – Trie Utami & Utha Likumahuwa ), Risau ( Melly – Atiek CB ), Maafkan ( Yuni Shara – Atiek CB ), Kembalilah kasih ( GIGI – Anggun C Sasmi ), Selamanya cinta ( D’cinnamons – Yana Julio ), Kompor meleduk ( Agriculture – Benyamins S ), dan Sinaran ( Andezz – Sheila Majid ). Sedangkan Anggun merilis ulang lagu2 hitsnya dulu dengan aransemen baru, meski penulis sich lebih prefer dengan aransemen, nilai nostalgianya itu loch.
Menyambut JavaJazz2007 lalu, di saat Maliq & d’eesentials sekalian mempromosikan album baru, Parkdrive lebih memilih untuk membuat album re-package dulu.  Dewa19 pun me-repackage album “Republik cinta” menjadi “Kerajaan cinta”. Sementara Yovie Widiyanto lebih memilih mengkompilasi lagu2 ciptaannya dengan tajuk “the heritage of Yovie”.


TV music shows
Setelah MTV ditaruh di jam subuh oleh GlobalTV, praktis penulis tidak begitu paham perkembangan videoklip musisi Indonesia itu kini seperti apa. Mau nonton via YouTube, yach mau gimana wong koneksi internetnya saja leletnya minta ampun. Sedangkan kebanyakan tv 2 swasta kita jarang sekali memunculkan klip lagu sebagai jeda sebelum alih ke program lain.
By Request SCTV yang tadinya ditaruh pada jam ideal, justru terdesak lebih malam lagi karena tergeser oleh sinetron yg ditayangkan tambah malam saja. TransTV sesekali menampilkan program “Eksklusif”-nya, mirip dengan format “Satu jam bersama” punya Indosiar.
Indonesian Idol lalu mendapat saingan baru, bukan sekuel AFI tapi ditarungkan dengan konsep baru : Mamamia, yang kemudian di akhir tahun ini memiliki program turunannya : SuperMama Selebshow. Sistem penjurian via sms sebanyak-banyaknya dipertandingkan dengan system juri vote-lock.