Sabtu, 26 Februari 2011

HIMusiklopedia 2009

IIIHIMusiklopedia2009


Genre
Daripada musik metal / lebih baik musik musik jazz… Begitu kata sebuah lirik gubahan grup Seurieus yang mungkin mewakili opini sebagian kalangan pecinta musik tanah air. “Metal” disini bukan aliran dari jenis musik rock, melainkan singkatan dari “melayu total”, he3… Di satu sisi, musik pop melayu ( untuk membedakannya dengan dangdut ) cukup mendapatkan tempat di berbagai tayangan musik televisi dan rating penjualan RBT, sedangkan di sisi lain jazz di penghujung tahun ini mulai merambah ke berbagai daerah. Bila selama ini festival jazz berskala besar hanya melulu ditemukan di Jakarta, sekarang bisa ditemukan semacam festivalnya di beberapa kota, mulai dari Bandung, Solo, Yogyakarta, sampai Ambon.  
Dari segi pergelaran konser, agaknya tahun ini cukup marak variasi musik yang dihidangkan kepada publik. Mulai dari pop-rock ala Soundrenaline di Bali, rock “beneran” di Jakarta Rockin’ Land, lalu ada merayakan hip-hop RnB via Soulnation, dance, sampai blues. Untuk kategori jazz, apalagi kalau bukan festival JavaJazz yang sudah menjadi ikon festival terpopuler di setiap bulan Maret. Sayangnya, JakJazz “tertunda” karena mungkin berdekatan dengan acara JiFFest.
Dangdut ? Nach, ini dia… meski ada media yang mengatakan status musik yang dijuluki oleh Project Pop ini sebagai “music of my country” ini tengah mati suri, setidaknya kemunculan “pangeran dangdut” Ridho Rhoma cukup fenomenal. Melihat dari perhelatan kampanye pemilu kemarin juga, beberapa lagu dangdut lawas masih punya greget dalam menarik atensi para simpatisan untuk bergoyang, he3… Dan jangan lupakan peran TPI yang masih tetap setia menghadirkan musik dangdut di jam prime-time, secara rating ?
  Btw, musik2 bernuansa humor dengan lirik yang menggelitik pun cukup mewabah tahun ini. Setelah tahun lalu ada singel dengan lirik nyeleneh “I just wanna say I love you”-nya Potret, tahun ini ada “hancur hancur hancur hatiku”-nya Olga, he3… Berikut beberapa lirik lainnya yang lumayan unik sebagai pengingat saja ( ada yang lupa-lupa ingat siapa penyanyinya, he3… ), ada yang kemudian cukup sukses menjadi jingle iklan, menembus peringkat atas nada sambung, bahkan dipakai sebagai bahan karikatur politik, he3…
-  tak gendong kemana-mana
-  C A minor D minor ke G ke C lagi
-  nggak ketahuan alhamdulilah
-  okelah kalo begitu 4x
… dst. J
         

MusikTV
Bagi anda yang tidak kerja kantoran atau setidaknya punya waktu luang dari pagi sampai sore hari, pasti sudah tak asing lagi dengan yang namanya acara “Dahsyat” di RCTI, “Inbox” di SCTV, “Derings” di TransTV, dan seterusnya. Tak ketinggalan, acara2 musik berbau kuis juga lumayan happening di tahun ini, sebut saja “Happy Song” di Indosiar dan “Missing Lyric” di TransTV. Tak heran kalau para pembantu rumah tangga sekarang ini lebih up-to-date soal lagu2 terbaru, bahkan bisa jadi sang majikan minta info tentang tembang2 yang lagi nge-hits kepada mereka, he3… Secara industri, dengan “etalase” seperti ini memacu mereka untuk “memproduksi” penyanyi ataupun band2 pendatang baru terus bermunculan ke layar kaca, sehingga sebenarnya ada kekhawatiran bahwa para new comer ini justru sebatas “one hit wonder”, semoga tidak.
Dari acara musik yang mirip “roadshow” mal ke mal ini, ada istilah baru yang menjadi fenomena : alay. Apaan tuch ? Yach, silakan cari definisinya yach. Tak lupa, seperti yang disinggung oleh beberapa media, ternyata rombongan pemirsa yang nampak hadir di studio maupun lokasi syuting diantaranya bukan karena mereka sekedar nonton gratisan ( yang dalam bahasa bercandanya : yang penting masuk tipi ), tapi ada juga yang dibayar secara professional. Meski mungkin ada yang agak canggung atau kaku, namun gerakan tarian serempak mereka mampu membawa atmosfer keriuhan, minimal yang tersaji di layar kaca menjadi tidak monoton.
Sebagai alat pemasaran, keberadaan videoklip menjadi brand-image bagaimana karakter artis hendak ditonjolkan. Hanya saja penulis rasakan dari segi visual artistic kok pengaruhnya tidak segreget di era videoklip 90an yach, sekedar asal ada. Jadi kangen dengan acara semacam VMI yang lebih fokus ke arah pencapaian kualitas visual musik. Btw, setelah edisi kolektor 150 album terbaik dan 150 lagu terbaik sepanjang masa versi Rolling Stone Indonesia, mungkin kedepannya tertarik membuat edisi khusus soal 150 videoklip terbaik Indonesia ( jangan lupa plus CD klipnya, he3… ) ?      


Duel vs duet
Sejak awal tahun 2009, “perang” segitiga antara Maia Estianty – Dhani Ahmad – Mulan Jameela begitu mewarnai infotainment, namun artikel ini mengulas dari sisi tema lagu yang mereka bawakan saja yach. Dengan singel “Pengkhianat cinta”, hal ini secara tak langsung untuk menohok Mulan Jameela, sedangkan untuk mas Ahmad Dhani dilantunkanlah tembang “Serpihan sesal”. Tak lama kemudian, eh muncul lagunya pentolan Dewa 19 ini dengan judul “Madu tiga”, sedangkan Mulan Jameela ft. Mitha The Virgin membawakan singel “Cinta mati II”. Bagai berbalas pantun, he3…
            Anang versus Krisdayanti. Bila menyimak album duet romantis mereka sekitar sepuluh tahun lebih yang lalu, rasanya kita takkan percaya pasangan ini bakal bubar. Sebagai curahan hatinya, tahun ini Anang menelurkan singel “Separuh jiwaku pergi” dengan potongan sebuah lirik yang belakangan ini malah dijadikan parody. Misalnya : kamu cantik sekali kalau lagi dandan, tapi tak beginiiii… ( maksudnya pengen bilang bahwa make-upnya ketebalan, he3… ). Nach, seolah tak mau kalah timing, KD pun meluncurkan singel anyar yang lebih “normatif” : Kamu di hatiku selamanya.
            Glenn Fredly vs Dewi Sandra. Setelah singel “Kapan lagi bilang I love you” yang cukup menggambarkan perasaan pedih dan kebingungan seorang Dewi Sandra, eh Glenn Fredly malah memberi jawaban yang “nggak nyambung” lewat lagu : Cuma kamu. Mungkin karena “nggak connect” itulah, lalu dirilislah singel “Mati rasa”. Entah karena merasa ada korelasi dengan tema lagu tersebut, kabarnya mas Glenn ini tertarik untuk jadi bintang videoklipnya. Halah… J


Trend
Tahun ini RBT dan konser keliling boleh dianggap masih menjadi tambang emas bagi para label dalam memberika pendapatan bagi artisnya, ketimbang mengandalkan penjualan kaset maupun CD. Maklum, meski kabarnya sudah ada beberapa tokoh musik yang masuk parlemen, urusan pembajakan mungkin belumlah menjadi prioritas para wakil rakyat tersebut, lha wong lagi heboh urusan CenturyGate gitu loch. Meski di satu sisi pembajakan secara “positif” menyebabkan akses masyarakat untuk mendapatkan koleksi lagu2 baru dengan harga murah ( dengan konsekwensi kualitas tidak dijamin ), secara negatif tentunya penghasilan dari hak karya pencipta dan royalty artis merosot yang berimbas juga pada pendapatan pajak pemerintah dari industri rekaman yang menurun.
Tak pelak ada beberapa manajemen artis sekarang yang mulai menggratiskan lagunya untuk di-download, dijadikan merchandise majalah musik dan remaja, maupun menawarkannya kepada produser program drama televisi agar singel-nya dijadikan soundtrack sinetron, sehingga lagu seolah-olah bukan lagi sebuah karya seni yang patut diapresiasi dengan harga jual tertentu, namun dijadikan sebagai bagian dari biaya pemasaran. Meskipun sudah ditempuh dengan cara demikian, ternyata distribusi lagu2 hingga ke masyarakat tidaklah selalu berbarengan, setidaknya itu tercermin dari sekilas pengamatan penulis setiap minggu memantau data chart2 radio untuk dimasukkan ke segmen HIMlisted. Hhmm, sepertinya kerjasama label maupun stasiun radio yang menjadi perantara antara karya musisi dengan pendengarnya mesti diperkuat lagi nich.
Yang juga cukup merepotkan penulis dalam memilah daftar lagu di artikel HIMpersada10 adalah adanya kecenderungan tiap artis melepas singel ketimbang full album. Bisa dengan cara nebeng di album kompilasi, album soundtrack, jingle iklan atau beli secara legal via internet. Misalnya : Afgan, singel pertama “Bukan cinta biasa” merupakan singel”, singel keduanya “Wajahmu mengalihkan duniaku” jadi jingle iklan, lalu ada lagu religiusnya yang dirilis bulan Ramadhan lalu, lha peluncuran album keduanya kapan ? Ada Pasto, Soul ID, RAN dan beberapa penyanyi lainnya yang menerapkan strategi tak jauh beda seperti itu.
            NB : btw sekalian promosi, penulis juga membuka diri untuk dikirimin sample lagu2 baru, kalau sesuai kriteria penulis, pasti donk bakal dimuat.


Radio
            Ada sebuah pertanyaan ironi yang sempat penulis baca di sebuah milis musik : ada radio yang masih muterin update chart lagu2 dangdut, nggak ? Sekedar informasi, boleh dibilang stasiun radio di Jakarta yang memutar dangdut mungkin hanya 3 besar ini : TPI 97.1FM, CBB 105.4FM, dan Bens Radio FM106.2. Radio Muara yang tadinya cukup intens menyetel dangdut pun kini berganti haluan menjadi M-Radio 106.6FM. Rupanya perubahan playlist musik tersebut tergolong sukses, setidaknya di beberapa minimarket yang tadinya memutar GenFM sebagai pengantar konsumen bebelanja, eh ada yang beralih ke stasiun radio tersebut, he3…
            Omong2 soal GenFM98.7, kehadiran radio yang satu ini cukup fenomenal mengubah peta persaingan radio2 Jakarta dan sekitarnya. Beberapa stasiun radio “elite” ( maksudnya rata2 porsi mereka untuk memutar lagu2 mancanegara lebih banyak ) yang tadinya emoh menyediakan kapling untuk musik Indonesia sekarang lumayan membuka diri. Untuk dengaran di pukul 20.00 wib saja, GenFM yang menyiarkan program 30 Ganas mendapatkan “kompetitor” program serupa di jam yang sama, misal : Indoku Mustang FM88, Musik AS ARH Global FM88.4, Asli Motion Radio FM97.5, dan Made in Indonesia MusicCity FM107.5.
            Di jam pagi, yang nemenin para karyawan di kantor beraktifitas ada “duel” Rilis di Oz Radio FM90.8 versus Funky Indo Request di 99ers FM99.9. Boleh dibilang, kedua stasiun radio yang berpusat di kota Bandung ini cukup memberi nuansa menyegarkan pada airplay angkasa Jakarta. Pilihan lagunya termasuk up-to-date, variatif, dan rotasi lagunya nggak terlalu monoton, serta lebih cepat menghadirkan singel2 baru dalam playlist mereka. Emang udah tipikal kebanyakan radio2 kota kembang, euy !
            Btw tentang up-to-date, sebenarnya ini juga pertanyaan penulis tahun lalu tentang : mengapa pergerakan mayoritas chart radio2 Jakarta lebih lambat ketimbang radio2 daerah ? Bila anda mencermati HIMlisted, terlihat ada jomplang daftar lagu2 yang tersaji. Di daerah, lagunya sudah jadi juara, di ibukota baru masuk nominasi atau pendatang baru. Di daerah lagunya sudah masuk singel kedua, eh di sini singel pertamanya baru juara. Disini mungkin paling banyak chart memuat sekitar 10-30 lagu lokal, lha di daerah bahkan sampai ada yang berani pasang jajaran tangga lagu tanah airnya sampai 50 tembang, rata2 tergolong gres pula !!!
Sebuah persebaran yang tidak merata, hhmmm… jadi bertanya2 sebenarnya apakah ini masalah distribusi atau kebijakan MD yang tidak pro-aktif ? Aneh memang, ada kesan rata2 MD sekitar daerah Jakarta tidak agresif men-setting lagu2 yang bakalan nge-hits, malah sepertinya menunggu dulu tembang apa yang kiranya digemari pendengar. Maka bila anda bertanya, apa motif penulis menayangkan chart HIMpersada10, yach salahsatunya supaya radio2 Jakarta mbok yach terpacu bisa jadi trend-maker, jangan kalah ach dengan radio2 Bandung dan derah lainnya. Motif lainnya, jadi ngebayangin gimana enaknya kerjaan para music director, he3…J
           

Rising star
            Go international. Biasanya kalimat klise ini yang dijawab kepada para musisi yang ditanya tentang apa obsesinya yang belum kesampaian. Namun, sepertinya bisa menaklukan pasar musik negeri tetangga pun sudah merupakan prestasi tersendiri, terbukti beberapa musisi negeri jiran sampai memohonkan agar beberapa radio sana membatasi pemutaran lagu2 yang dibawakan penyanyi Indonesia. Jadi terkenang ketika di era 90an awal kita “dijajah” musik2 melayu ala Search, Iklim, Wings, dst, eh sekarang kita sudah punya Kangen, ST12, Wali, Hijau Daun, dst, he3… Wah, lain kali panitia AMI mesti bikin kategori khusus nich buat mereka.  
            Tokh2, ditengah gempuran band2 beraliran pop melayu, ada juga “perlawanan” dari kalangan internal musik sendiri. Bukan dengan menyebut mereka yang bersebrangan sebagai “musik sampah”, tetapi menciptakan trend baru. Salahsatu contohnya ini dia : sebagai band pendatang baru, mungkin penampilan panggung mereka secara langsung masih agak canggung, grogi, cupu, atau apalah namanya, namun secara musikalitas mereka menawarkan konsep musik yang unik dan tokh bisa diterima pasar. Dengan Kevin Aprilio sebagai “leader”, tak heran unsur aransemen piano dan keyboard begitu mendominasi. Jadi teringat zaman Ahmad Dhani di album2 awal Dewa 19 atau pengaruh Adi Adrian di KLa Project, sebelum kemudian oleh waktu tergantikan oleh pengaruh efek gitar di era Piyu Padi maupun Eross Sheila on 7.
            Maka, untuk tahun 2009 ini, penulis tak salah kiranya memilih Vierra sebagai band pendatang baru terbaik. Belum lagi bila anda menyimak airplay lagu2 mereka di radio, setidaknya hingga tulisan ini diturunkan sudah ada 5 singel yang cukup membetot rikues pendengarnya, yakni : Dengarkan curhatku, Perih, Bersamamu, Rasa ini, & Terbang. Sedangkan untuk solois pendatang baru terbaik, pilihan jatuh kepada Vidi Aldiano. Penyanyi muda yang disebut-sebut sebagai pesaing berat untuk Afgan juga tak kalah dalam memproduksi hits2 yang lumayan mengena, setidaknya ada 5 pula yang penulis pantau sudah wara-wiri di airplay radio : Nuansa bening, Status palsu, Cemburu menguras hati, Cinta jangan kau pergi & Pelangi di malam hari. 


Prediksi
Berhubung, tahun depan sudah tidak ada musim kampanye, konser2 yang mendatangkan penyanyi kelas internasional nggak bakal terganjal sulitnya mengurus izin keamanan lagi donk ?! Hitung2 sebagai promosi pariwisata “Visit Indonesia”. Btw, mudah-mudahan rumor soal ajang musik tahunan Soundrenaline bakal absen di tahun 2010 tidak terjadi yach.
Acara musik tv dengan format presenter berjumlah 2 pria dan 1 wanita cantik akankah masih bertahan ? Lalu sampai sejauh mana sebagai insan musik tidak merasa prihatin dengan ajang kontes nyanyi anak-anak yang mayoritas membawakan tembang populer orang dewasa ? Come-backnya Indonesian Idol akankah mematahkan mitos soal penyanyi idola karbitan karena popularitas sms dan bukan sebab kualitas vocal ?
            Ketimbang ngegosipin kapan Ariel dan Luna Maya beranjak ke pelaminan, sepertinya lebih menarik untuk mulai menebak-nebak apa nama band pengganti nama Peterpan ? Menyimak sekilas dari logo yang sempat wara-wiri di berbagai pertunjukkannya, ada yang bilang mungkin namanya jadi : feather band ( plesetan peterpan, halah… ). Sabar, rumornya sich sekitar bulan Februari 2010, album mereka baru muncul. Mesti ngantre giliran dengan d’Masiv yang akhir tahun ini rilis album baru.
Koalisi Krisdayanti dan Maia Estianty di penghujung tahun 2009, boleh dibilang merupakan perpaduan antara “Diva + Ratu”, pertanyaannya : apakah ini pertanda bahwa selanjutnya akan ada “merger” juga antara Anang dan Ahmad Dhani untuk menggabungkan KD Production dan  Republik Cinta Management ? Udah ach, kok jadi makin ngawur begini teori2 gosipnya, he3… Yang penting, maju terus musik Indonesia !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar