Jumat, 23 Desember 2011

HIMstage : Maafkan ( TLB )


Tanpa mendapat sentuhan seorang ahli estetika, berlian akan terlihat biasa.  Namun jika sebaliknya, maka sebuah berlian akan memancarkan kilauan yang indah.  Dan bukan nggak mungkin waktu akan memberikan nilai yang berharga. Lantas apa hubunganya dengan TLB.

Ibarat berlian, Band asal Surabaya ini adalah penemuan yang luar biasa di industri musik.  Dengan menyisihkan lebih dari 4000 band lain dalam sebuah ajang kompetisi band berskala nasional pada tahun 2010, jelas mereka punya potensi besar untuk menjadi luar biasa. Itu sebabnya Trinity Optima Production dan Musica Studios  mempercayainya sebagai debutan baru yang akan memberikan nuansa segar dalam scene musik lokal.

Ya, The Lonely Bullz atau akrab disapa TLB kini kembali dan membawa sebuah paket musikal yang lebih berkarakter, dinamis, dan industrial. Debut ini diberi judul Meraih Mimpi.  “Sama dengan semua orang, kami berempat juga punya mimpi,” sembur Meta, vokalis TLB yang masih berstatus jomblo. “Mimpi itu mungkin sudah digariskan . Ayo maju dan jangan diam. Kalau kita nggak maju dan berusaha meraihnya, tentunya nggak akan bisa mendapatkan mimpi itu,” jelas sosok pemalu ini. 

Judul album tersebut mungkin sudah bisa menggambarkan betapa optimisnya TLB dengan formasi yang sekarang. Seakan tak perduli dengan hengkangnya Voe ( gitaris ) di awal tahun 2011 lalu. Yang jelas, ketika komitmen sudah dihembuskan, mereka nggak akan mundur ke belakang.  “Sederhana, Voe udah nggak satu visi dengan kami. Meski personel berkurang, kita tetap harus maju,” tegas Doddy, kibordis yang pernah jadi mentor Meta saat PKL. Nggak heran, kalo Meraih Mimpi ini masuk ke dalam barisan trek yang dibentangkan olehnya.

Kembali ke trek, band yang pernah masuk dalam album kompilasi rilisan 2010 ini membawa banyak bekal untuk dapat memeriahkan scene musik ini. Kedalaman mereka bermusik amat terasa ketika menggeber 9 trek yang dihadirkan di album ini. Diantaranya adalah single debut berjudul Maafkan. Hey, mereka coba menerjemahkan arti kesetiaan dan kejujuran dalam lagu ini.

“Maafkan adalah lagu yang buat kita semakin dewasa. Secara aransemen, setiap instrumen mungkin lebih merata. Tapi tetap punya karakter yang kuat dalam unsur-unsur lain yang ada di lagu ini,” terang Bembi, basis yang pernah ngeband dengan aliran hip hop ini.

Pada lagu Lelah Dengan Mu, konon kabarnya terjadi eksplorasi musikal. “Ya, secara musikal, aransemennya cenderung bernuansa rock. Kami memasukan unsur electro yang lebih tebal lewat eksplorasi keyboard disini,” tambah Doddy.  “Sementara soal cerita, lagu ini semacam sebuah kondisi dimana tentang tensi tinggi perasaan akibat “cinta” yang nggak sesuai dengan keinginan. Sehingga rasa lelah itu membumbung tinggi dan ingin segera menyudahinya,“  ungkap Meta, yang dulunya anak BMX ini.

Dan kemudian mereka nggak melewatkan bagaimana rasanya falling in love saat nomor Jatuh Cinta berhembus.  “Saat mengingat seseorang yang kita cintai, ini lagi yang asik untuk didengarkan dalam sebuah perjalanan. Musiknya yang easy listening dan catchy, bikin rindu sosok yang dicintai,” kata Rinto, penggebuk drum TLB.

Jangan lewatkan pula harmonisasi yang dieksplorasikan dengan manis lewat lagu berjudul  Hancur, Bila Saatnya, Will You Marry Me dan Aku Menyesal. Lewat deretan trek di atas, album ini bisa dibilang paket yang bisa menyenangkan perasaan penikmat. “Tentunya kita menulis ini semua saat perasaan kami berkata. Dan cinta adalah cerita yang sering kita ungkapkan dalam dalam setiap barisan lirik lagu,” ujar Doddy.

Bersama produser brilian, Krisna Sadrach ( Ungu, ST12 ) dan Hans ( additional player ), Meta, Doddy, Bembi dan Rinto membesut konsep musik yang ada di album debutnya selama hampir setahun di Jakarta. “Memang ada kerinduan yang sangat besar pada Surabaya. Tapi kami merasa, dengan keberadaan kami di sini ( Jakarta ) selama proses rekaman, tentunya menjadikan TLB lebih fokus dan maksimal dalam menggarap album ini,” kenang Meta.

“Ya, mereka memang seorang juara. Namun, berkat kesabaran dan terpaan mental yang kuat, mereka seperti band juara yang berbeda. Musik mereka sekarang lebih matang, menarik, dan sepertinya karakter rocknya lebih terasa lagi. Cukup puas dengan kerja kerasnya selama rekaman. Saya berharap, dengan hadirnya TLB, mereka bisa memberikan nuansa yang nggak bisa di scene musik Indonesia,” papar Yonathan Nugroho, Eksekutif Produser Trinity Optima Production. 

Oh iya, lewat formasi Meta, Voe ( gitaris yang kini hengkang ), Bembi, Doddy dan Rinto, TLB pernah melepas dua single dalam album Kompilasi Wanted (2009), yakni Tak Marah dan Terpuruk. Mereka bisa dibilang salah satu “produk” terbaik asal Surabaya. “Sebuah kebanggaan kalo akhirnya kita masuk industri musik Indonesia. Berada disini membuat pola pikir TLB dalam bermusik jadi lebih luas lagi. Dan selain itu, mental kami lebih kuat,” tegas Rinto.

“Keputusan yang utama tentu saja ada apa tim juri. Namun saya pribadi melihat mereka punya warna musik yang beda dengan vokalis cewek. Paket visualnya, sangat menarik. Tak salah kalo waktu itu dia yang menjadi juara. Semoga saja, dengan warna musik yang lebih berciri, mereka bisa memberikan sesuatu yang lebih berwarna bagi industry musik Indonesia,” kata Indrawati Widjaja, A&R Director Musica Studio’s.

Dengan semangat yang baru, pengalaman yang lebih luas, serta pola pikir bermusik yang lebih dewasa, bukan nggak mungkin berlian ini akan menjadi elemen penting dari sebuah roda musik Indonesia. “Dengan banyak pengalaman yang kami dapat, musik dan kedalaman eksplorasinya, kami berharap dapat ikut menjadi bagian dari para musisi yang ingin meraih mimpi. Inspirasi kami adalah keindahan harmoni dari musik itu sendiri” tutup Doddy. Selamat bergabung, para banteng tangguh !


Yanto Sutardji
Trinity Optima Production
Jl. Hayam Wuruk 58
Jakarta 11160
Twitter : @Yantotrinity @TrinityOptimaP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar