Minggu, 11 Januari 2015

HIMusiklopedia2014 : trend, media, artist of the year, prediksi




IIIHIMusiklopedia2014


Pengantar :
Sudah menjadi tradisi penulis untuk merilis artikel spesial tutup tahun dengan menuliskan kembali secuplik kilas balik perjalanan musik tanah air yang mewarnai tahun 2014. Meski tidak sepanjang edisi tahun-tahun lalu dikarenakan kesibukan penulis, namun kiranya dapat bermanfaat dan memberi inspirasi bagi para pembaca, penikmat, maupun praktisi musik sekalian dalam menatap perkembangan industri hiburan di tahun 2015 kelak.
Special thanks dan penghargaan khusus dari saya pribadi buat dukungan 2 perusahaan rekaman yang senantiasa dan hingga kini masih meng-update materi fisiknya langsung via pos ke rumah penulis, yakni : Seven Music @sevenesia dan Universal Music Indonesia @Universal_Indo
#BanggaMusikIndonesia


Trend

Prediksi bahwa musik dangdut merajalela di tahun 2014 ini, setidaknya terbukti di layar kaca. Banyak program variety show televisi yang menyuguhkan "music of my country" ini sebagai penarik massa dan pengerek rating. Dari kontes dangdut sampai dangdut challenge yang diikuti banyak pejabat. Lalu di penghujung tahun 2014, videoklip "Sakitnya tuh disini" berhasil menyabet jutaan viewer di YouTube dan banyak yang membuat visual parodinya. Nggak hanya video, keberhasilan singel ini pun ternyata ada "follower"-nya dalam bentuk judul lagu, yakni : "Sakitnya disini" oleh : Trio Lestari ) dan "Atitnya tuh disini" ( oleh : Cita-citaku, plesetan dari nama penyanyi Cita Citata ).

Sementara untuk musik pop, entah kenapa penulis rasakan stagnan perkembangannya, terutama saat perhatian publik dari awal hingga kwartal ketiga tahun 2014 lebih tersedot ke urusan pemilu legislatif maupun presiden. Banyak musisi lokal yang sebelumnya ogah turun ke pusaran hingar bingar politik, tahun 2014 bisa dibilang awal partisipasi aktif mereka untuk menunjukkan dimana mereka berpihak.

Bila dari segi capres ada kubu Prabowo vs Jokowi, maka di lingkungan musisi ada "pertarungan" publisitas di jagat media sosial antara fans Slank vs Ahmad Dhani. Dari yang kreatif sampai yang konyol pun ada, he3... Puncaknya tentu saja : konser rakyat di Gelora Bung Karno beberapa hari jelang pencoblosan pilpres yang begitu meriah sekaligus mengharukan karena didukung atas dasar spontanitas dan dukungan banyak relawan.

Sempat vakum beberapa saat, MTV Indonesia kembali tayang dengan strategi baru yakni menggandeng beberapa stasiun tv lokal. Geliatnya mungkin tidak terasa menasional, namun penulis rasa basis pemirsa MTV Indonesia kali ini memang pasarnya ada di daerah.


Media

Pembajakan ? RBT ? Dengan hadirnya layanan 4G LTE yang siap digelar operator telekomunikasi selular akan mengubah cara label maupun musisi tanah air dalam mendulang pemasukan. Integrasi pemasaran lewat forum media sosial bakal lebih agresif. Konten yang sulit didapatkan para fans via media konvensional seperti koran, radio, dan tv akan disediakan lebih interaktif lagi secara eksklusif lewat smartphone / tablet. Oh ya, dinanti langkah para label untuk mensosialisasikan fitur ala iTunes dalam memasarkan lagu2 para artis yang dinaunginya.

Koneksi 4G juga akan merevolusi industri radio dalam merengkuh jumlah pendengarnya, dari sekedar lokal segmented menjadi global integrated. Yang tadinya berdasarkan jaringann siar terbatas dengan karakter budaya tertentu, kini lintas batas negara dengan kesamaan taste dengaran. Sebagai contoh mungkin bisa disurvei berapa banyak pendengar dari Malaysia dan Singapura yang memantau streaming radio2 Indonesia untuk mendapatkan singel2 fresh maupun variatif karya anak negeri ?

Btw, saya saja belakangan ini lebih betah ngupingin radio2 daerah, khususnya Bandung dan Cirebon yang format program dan playlist racikan para MD-nya lebih pas dengan "selera" saya, he3... Nach jadinya saya baru tahu loch, ternyata ada beberapa radio Jakarta di tahun 2014 ini yang melakukan "re-branding" konsep siarannya, meski masih ada juga loch yang mengambil sikap idealis.

Untuk media konvensional, khususnya majalah, penulis sich berharap mereka bisa memunculkan jurnalis handal khusus musik dan tetek bengeknya. Apresiasi masyarakat tentang musik dalam negeri yang tergolong rendah ini bisa jadi karena kontribusi pengamat musik yang berwawasan luas,  independen, dan disegani masih kurang signifikan. Selama ini mereka baru sebatas dimintakan komentarnya atas sebuah fenomena musik sebagai pengisi acara dialog televisi atau menuliskan uneg-unegnya dalam kolom artikel, namun kiprah mereka masih dianggap orang “luar” oleh pelaku industri musik kita, bukan sebagai partner seimbang bagi katakanlah praktisi label rekaman atau broadcaster.



Yearly chart #HIMpersada2014

Yearly chart #HIMbuzz2014



Artist of the year

Tulus. Yup, tanpa basa-basi penulis menobatkan penyanyi pria ini sebagai musisi tanah air yang berkibar di tahun 2014. Agak terseok-seok di singel perdananya “Baru”, namun kemudian melesat dengan lagu keduanya yang begitu fenomenal “Jangan cintai aku apa adanya” menjadi top playlist di berbagai stasiun radio. Selanjutnya menjadi relatif mudah baginya untuk memperkenalkan materi2 dengaran dari album bertajuk “Gajah” ini. Meski materi dengaran karya Tulus ini oleh sebagian kalangan ditujukan bagi pasar kelas menengah (atas), namun memang karakter vokalnya inilah yang menjadi pembeda unik setelah pasar musik dalam negeri terlanjur lama dibuai oleh cita rasa suara “mainstream” ala Afgan maupun Judika.

Noah. Sorry to say, debut album yang diluncurkan sekitar Lebaran itu tidak mendapat sambutan meriah dari penikmat musik dalam negeri. Perubahan konsep yang lebih nge-rock ternyata dirasa tidak pas dengan karakter grup band asal kota kembang ini. Dan di penghujung akhir tahun 2014, mereka kehilangan salahsatu personelnya di posisi drummer yang memutuskan hengkang.

Cita Citata. Lewat tembang dangdut andalannya “Sakitnya tuh disini” yang meluncur di awal kwartal keempat tahun 2014, namanya pun kian dikenal publik. Seperti sudah menjadi rumus umum, popularitas artis mendongkraknya menjadi bintang iklan dan terpaan gosip kehidupan pribadinya pun mulai dikorek berbagai media infotainment.

Anyway, kalau dalam 3 alinea diatas membahas tentang penyanyi solo pria, grup band, dan penyanyi dangdut, lalu bagaimana dengan “prestasi” penyanyi solo wanita ? Bila menyimak juara berbagai kontes nyanyi di layar kaca yang akhir ini dominan dimenangkan oleh kaum hawa, harusnya potensi mereka untuk berbicara lebih banyak di industri musik tanah air terbuka luas. Namun bila ditilik lebih lanjut, lagi2 stok yang relatif “berbunyi” di tahun 2014 sebatas : Raisa, Fatin, Bunga Citra Lestari, dan Rossa. Sebenarnya ada juga Gita Gutawa, namun beberapa singel hits-nya di tahun 2014 ini tidak terlalu nendang untuk di-“follow”.


Prediksi

Frekuensi konser artis mancanegara yang lumayan "langka" sepanjang tahun 2014 dengan alasan keamanan sepertinya tidak akan terulang di tahun 2015. Lihat saja beberapa musisi kelas dunia yang rencananya manggung di kwartal pertama tahun depan, ada : Michael Buble, Lenny Kravitz, sampai One Direction. Juga beberapa artis K-Pop dijadwalkan masih wara-wiri mampir ke Indonesia untuk mentas lagi. Promotor konser bakal panen donk, he3...

Lalu dimana posisi artis musik kita untuk menyambut "kepungan" musisi impor ini ? Moga-moga Badan Industri Kreatif yang digagas pemerintahan Jokowi yang katanya segera bekerja awal tahun 2015 bisa menunjukkan kinerjanya dalam mengangkat demam I-Pop, minimal mewabah dulu di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur yang secara kultural tidak jauh berbeda. Penerapan Free Trade Area di kawasan ASEAN mau tak mau bakal membawa dampak persaingan kian ketat bagi perkembangan industri musik tanah air.

Boyband dan girlband mewabah di tahun 2012-2013, dangdut merangsek lagi di tahun 2013-2014, lalu ada peralihan genre apa yang kiranya akan melanda industri musik di tahun kambing kayu ini ? Kembali ke 2 dekade lalu tepatnya di tahun 1995, kala itu musik pop progresif, nuansa elektronik, dan dance-able cukup menawarkan dinamika yang positif. Apakah hal itu akan terulang ? Setidaknya kesuksesan event Djakarta Warehouse Project di penghujung tahun 2014 seolah memberi indikasi ke arah sana. Kejenuhan akan musik mellow dan mendayu-dayu sepertinya akan tergantikan di tahun 2015 ini dengan musik bertempo medium / up beat. Semangat !!!


Disclaimer :
Dilarang keras mengutip sebagian dan/atau seluruh isi artikel ini untuk kepentingan komersial tanpa seijin penulis. @himfiles @himpublik


 

1 komentar: