Sabtu, 31 Desember 2011

HIMusiklopedia2011 : gaduh, galau, dan gamang

IIIHIMusiklopedia2011
HIMblog! : http://himfiles.blogspot.com ( supported by : @IdBlogNetwork )
Gaduh, galau, dan gamang


Trend

Tak bisa diragukan lagi, inilah tahunnya para boyband dan girlband merangsek ke blantika musik tanah air. Ditengah gejala kebosanan pendengar dengan suguhan band2 beraliran pop melayu, mereka menciptakan trend pasar baru yang lebih membidik generasi ABG yang sepertinya berbeda karakternya dengan kultur anak alay yang kita kenal. Mendadak sebagian besar kalangan remaja merasakan demam K-Pop rasa lokal. Konsep personel yang rata2 berwajah Asia oriental seakan sudah tak asing lagi dijumpai lewat layar kaca.

Yang cukup unik, boyband lokal zaman sekarang justru tidak berkiblat ke musisi negara barat, tapi malah condong ke Korea, loch ? Sebelum kembali ke topik negeri ginseng ini, penulis jadi teringat saat demam F4 di awal tahun 2000an melanda para kawula muda negeri ini, tak serta merta mendorong praktisi musik tanah air membuat proyek boyband, efeknya baru sebatas bikin heboh yang salahsatunya karena ada sinetron yang “mirip” serial Meteor Garden tersebut. Yang justru happening saat itu adalah duel acara kontes nyanyi : Indonesian Idol vs Akademi Fantasi Indosiar. Praktis, pamor boyband tertutup oleh gemerlap betapa menjadi penyanyi singel idola lebih menarik ketimbang perform ramai2.

Sekali lagi, mengapa patronnya negeri yang justru jarang kita dengar lagunya di stasiun radio ataupun program tv lokal ? Dibandingkan musik Mandarin atau lagu Jepang yang kerap jadi rujukan karena film2-nya sering bisa kita lihat di layar kaca, di negeri ini K-Pop perlahan merasuk lewat serial drama televisi yang menghanyutkan. Dari situ orang lalu tertarik untuk mempelajari kultur pop mereka, dan yang paling mudah tentu saja melalui bahasa universal : musik.

Lalu dengan nada prihatin, simaklah program seri drama kita, disanakah wajah orang Indonesia yang kita kenal ? Lagu tema sinetron pun sebatas tempelen, tidak lagi digarap serius seperti pemusik menggarap soundtrack film layar lebar. Apakah cuma itu saja, tentu tidak. Mereka pun tergolong sukses membangun jaringan hingga keluar negeri, sampai2 penyedia tanggalagu internasional seperti Billboard saja sampai berani membuatkan chart khusus K-Pop ini.

Dengan sedemikian besar magnitude-nya, kita bisa membayangkan betapa profesionalnya mereka menggarap musik sebagai sumber daya ekspor budaya ? Buktinya, tak pernah terbayangkan kalau artis2 Korea menggelar konser disini ( tentunya memperhitungkan komunitas fans yang ada ), padahal biasanya promotor musik khan umumnya mendatangkan artis2 jebolan negeri paman Sam yang dipandang lebih menguntungkan.

           
Fenomena

            Adalah SM*SH yang mencuri perhatian di awal tahun ini. Dengan kutipan lirik “cekat cekot” dan “you know me so well”, histeria itu tersebar dengan cepatnya. Apalagi dengan semakin mudahnya orang mengakses YouTube, popularitas mereka ibaratnya langsung menjadi “trending topic” yang membuat para label mapan maupun baru berdiri seolah “teracuni” untuk membuat boyband tandingan. Yach, mirip2 program tv, kalo ada acara yang rating-nya tinggi saja, beberapa pekan kemudian muncul acara yang serupa tapi tak sama di stasiun tv lainnya. Good looking dan jago nge-dance itu syarat mutlak, tapi kalau soal mutu vokal para personelnya ?

            Di pertengahan tahun 2011, muncul sosok penantang baru bernama : girlband ! Berbeda dengan SM*SH yang seolah tanpa kompetitor terdekat, untuk yang satu ini tersebutlah “rivalitas” 7 Icons versus Cherry Belle. Btw, sepertinya kita selama ini salah kaprah dengan istilah “boyband” dan “girlband”, emang mereka nge-band ?

            Kegaduhan industri musik tanah air tidak hanya seputar “grup vokal”, tapi juga munculnya para pendatang baru yang telah melewati proses audisi di YouTube. Ada yang memang kualitas suaranya memang sesuai pakem bisnis musik itu sendiri, seperti : Raisa dan Gamal; ada yang justru tak sengaja malah jadi “tersasar” menjadi pujaan masyarakat meski itu hanya sesaat, contohnya : Briptu Norman dan ( masih ingat ? ) Udin sedunia, he3...

            Jelang akhir tahun 2011, penikmat musik tanah air kedatangan penyanyi muda bernama Ayu Ting Ting. Lewat lagu “Alamat palsu”, dara berwajah manis ini cukup memberikan optimisme bahwa kondisi musik dangdut yang dianggap mati suri tokh nyatanya masih eksis, he3... Dan pula stereotipe bahwa tembang dangdut sekarang lumayan mirip dengan situasi film2 nasional tahun 90an yang nyerempet2 ke tema2 “panas” agar tetap survive, tokh bisa terpatahkan dengan lagu sederhana.

Kalau dulu ada plesetan lagu Armada : mau dibawa kemana musik Indonesia ( yang untuk tahun 2011 ini ternyata dibawa dari pop melayu ke boyband style ), maka untuk tahun depan pertanyaannya adalah plesetan dari lagu mbak Ayu ini : kemana kemana kemana ku harus mencari musik Indonesia ( yang lebih variatif, berkualitas dan bisa menjadi “komoditas” ekspor ) ?


TV musik

Apakah itu program musik di televisi belakangan ini ? Ajang penghargaan untuk karya para musisi, tempat promosi lagu baru maupun yang lagi nge-hits, atau selingan gosip kehidupan para presenternya ? Entah kenapa ada kecenderungan bahwa produser musik di televisi swasta kebanyakan mengambil dari kalangan MC yang bisa ngocol, apakah kalau pembawa acara musiknya dari kalangan yang lebih ngerti musik justru ratingnya rendah ?

Belum lagi penampakan kalangan allay yang memberi suasana acara musik pagi menjadi lebih meriah, gaya mereka tuch beneran apresiatif atau sebatas berlaku sebagai figuran yach ? Dan lagi, bukannya itu jam seharusnya mereka berada di sekolah ? Hush, nggak boleh “sirik” gitu. Justru dari sistem “joki” penonton seperti itu, katanya sich pendapatan mereka ( apalagi koordinatornya ) lumayanlah, dah bisa nonton gratis, masuk tv, ketemu artis, dibayar pula, he3...

            Kalau konser musik outdoor ( seperti di area parkir mal atau pusat perbelanjaan ) yang digelar stasiun tv pastinya bisa disaksikan secara gratis. Kalau yang pakai acara bayar ? Kadangkala ada berita tv yang meliput tur konser musik grupband di kota tertentu berlangsung ricuh. Biasanya alasan yang dipakai adalah ada sebagian pemirsa yang enggan beli karcis, tapi ngotot pengen nonton band pujaannya. Emosi memuncak karena merasa tersisihkan dari pergaulan, jadi dech bikin keributan. Waduh.

Untuk special event seperti acara ulang tahun stasiun tv yang bersangkutan, ada kecenderungan format konser band dibuat seperti bagian dari opera musikal. Personel band ( yang rata2 dia lagi dia lagi ) diberi kostum panggung dan didandani aksesoris sesuai tema, jadi kelihatan “maksa” gitulah, padahal jalan ceritanya kemana lagunya dimana, halah.
            Setelah rehat setahun, Indonesian Idol akan kembali lagi menyapa pemirsa tv mulai tahun depan. Bila cara polling sms sebanyak-banyaknya lagi yang dipakai sebagai acuan utama, maaf kalau pertanyaan seperti ini akan berulang : ini niatnya bikin acara kontes nyanyi atau acara operator selular bisa potong pulsa pelanggannya dengan mudah ?


Off-air

Jakarta kebanjiran konser artis musik mancanegara selama tahun 2011, dari Justin Biebers sampai julio Iglesias. Bahkan boleh dibilang, kini kota2 lainnya di Indonesia pun mulai mendapat atensi dari promotor. Misalnya Paramore dan Jason Mraz yang sukses menggelar pertunjukkannya di Bali. Pertanyaannya : apakah kedatangan para musisi kelas internasional ini juga mengundang banyak turis asing untuk bertandang ke tanah air ? Penulis jadi ingat di pertengahan tahun 90an, tepatnya ketika Michael Jackson (alm) menggelar rangkaian tur konsernya di Singapura, mendadak negeri singa itu menjadi “Jakarta kecil” karena seakan penduduk ibukota Indonesia ini untuk sesaat “berdomisili” disana.

Festival musik yang digelar rutin seperti Java Jazz, Java Rockin’Land, dan Java SoulNation sepertinya sudah menjadi agenda familiar bagi penggila musik se-Asia Tenggara, bahkan Australia. Setidaknya beberapa bulan sebelum acaranya digelar pun, orang banyak sudah dibuat penasaran siapa saja artis besar yang bakal manggung ?

Meski demikian, kita prihatin dengan minimnya atensi pemerintah untuk menyediakan pentas yang layak untuk sebuah pertunjukkan musik. Bila untuk ajang olahraga sekelas Sea Games saja sampai dibela-belain bikin stadion megah, masa khan untuk tempat konser kebanyakan yang dipakai itu lokasi yang biasa dipakai untuk pameran maupun seminar ?

Go internasional. Biasanya itu ucapan klise kalau ada presenter yang menanyakan apa obsesi terbesar musisi tanah air kita. Tercatat beberapa artis tanah air kita yang tahun ini sempat mengadakan konser di negara tetangga, seperti Ruth Sahanaya dan Rossa. Juga musisi lokal kita mulai menarik perhatian tokoh musik dunia, seperti Sandhy Sondoro yang tampil di acara spesial Diane Warren dan Agnes Monica yang berduet dengan Michael Bolton. Tak lupa ada Gugun Blues Shelter yang turut mengharumkan nama bangsa di luar negeri. Anggun ? Wah, setelah “berkelana” memperkenalkan Indonesia di pentas musik dunia, dia baru aja tampil tuh di Jakarta, he3...


On-air

            Dengan semakin canggihnya dunia iptek, kendala untuk “go international” sesungguhnya tinggal menjadi soal menunggu waktu saja. Mau audisi secara audio-visual, tinggal minta bantuan om YouTube untuk menjaring viewers. Pengenalan profil dan presentasi demo lagu, tinggal mengunggahnya di situs jejaring sosial. Dan siaran radio yang dulunya hanya sebatas kuatnya sinyal di udara dan batasan wilayah, kini bisa menjangkau pendengar seluruh dunia hampir tanpa batas.

            Bila sebelumnya untuk mendengarkan radio streaming perlu membuka situs resminya terlebih dulu di internet ( atau sekarang dari satu situs saja, bisa memilih hingga ratusan radio – seperti yang bisa pembaca nikmati di situs ini, kini aplikasi streaming sudah bisa didengarkan secara mobile lewat gadget seperti smartphone maupun pc-tablet.

Seperti yang pernah penulis singgung, ada yang aplikasinya dibangun oleh providernya dan ada pula yang “nebeng” aplikasi radio player. Untuk Blackberry, mungkin anda kenal aplikasi NuxRadio. Sementara untuk sistem Android seperti yang penulis gunakan belakangan ini, banyak aplikasi gratis yang bisa diunduh seperti : TuneIn, XiiaLive, dan Pandora Internet Radio. Bisa dibilang, kini kompetisinya bukan lagi dengan radio2 sekota tapi satu negara. Mana radio yang chartnya senantiasa update dengan yang chart radionya lelet akan bisa terlacak, he3...

Selain persaingan soal playlist yang digemari pendengarnya, pengelola radio juga berjibaku dalam memperebutkan kue iklan media yang kian ketat. Di beberapa stasiun radio ibukota yang penulis kupingin, terasa banget bahwa siaran mereka belakangan ini nyaris tanpa jeda pariwara. Enak juga sich jadi bisa nonstop nikmatin lagunya, bahkan kalau perlu announcernya nggak boleh ngomong bertele-tele lebih dari  1-2 menit, he3... Tapi sampai kapan secara operasional dengan pola siaran “kering” pesan komersial tersebut, mereka bisa bertahan ?


Industri vs label

Bermula dari kasus “pencurian” pulsa selular, akhirnya merembet ke soal kemungkinan adanya unsur “pemaksaan” dalam proses reg/unreg berlangganan ring back tone di ponsel. Lalu beramai-ramai musisi yang merasa periuk nasinya bakal merosot drastis bila layanan nada sambung itu dihapus itu mengajukan protes, istilahnya kalau ada oknum industri musik yang bersalah, jangan hasil karyanya donk yang “dibakar”.

Yup, ditengah gegap gempita karena ada beberapa artis yang dimanajemeninya tergolong sukses, entah itu karena jadwal manggungnya selalu padat dan merangkap pula sebagai model bintang iklan untuk berbagai produk yang berlainan, industri musik tanah air kita tengah “berdarah-darah”.

Maraknya pembajakan seperti sudah menjadi penyakit kronis yang tidak jelas kapan usainya. Fitur file sharing / peer to peer di internet pun menyebabkan sebuah karya musik bisa lekas menjadi “emas” atau malah “sampah” dimana materi lagu yang sebenarnya patut dihargai hak ciptanya, sekarang lebih dipakai sebagai “sample” promosi atas eksistensi musisinya. Tak heran, sedikit sekali yang tertarik untuk memunculkan materi dalam format full album, kebanyakan cara mainnya dengan merilis satu singel dalam rentang 3-6 bulan sekali. Lha, kalau melepas semua lagunya ke pasaran, ntar keburu kehabisan “amunisi” donk.

Trik “dagang” semacam membuat gosip grup band dikabarkan retak dan mau bubar mulai banyak dikritisi karena dampaknya negatif secara pencitraan. Atau lihatlah sampai berapa lama melodrama segitiga antara Anang, Ashanti, dan Syahrini terus berlangsung dan apakah itu berpengaruh bagus terhadap respek masyarakat akan lagu2 yang mereka bawakan ? Sesuatu banget yach J


Music goes on

Saat sebuah tembang paling anyar diperdengarkan kepada khalayak, mungkin kita sebagai penikmat musim awam nggak begitu mau tahu asal usul lagunya tersebut diproduksi label rekaman mana. Demikian juga ketika sebuah konser musik yang menghadirkan musisi kelas dunia tampil di Indonesia, khususnya Jakarta, penonton sepertinya nyaris tak peduli siapa promotor yang berhasil mendatangkan mereka.

Mengenai promotor konser, memang ada beberapa “cacat” yang sempat mewarnai industri pertunjukkan kita, diantaranya : pembatalan konser ( masih mending kalau promotornya bertanggungjawab mengembalikan tiket yang sudah terbeli konsumen, lha kalau diulur-ulur atau bahkan digantung refund-nya ? ) dan ketidaksesuaian jumlah tiket dengan kapasitas pertunjukkan ( untuk masalah ini, ingat konser Westlife yang sempat ricuh ? ).

Tapi musik adalah musik. Orang mau bilang genre tertentu sebagai aliran irama sampah, tokh kalau ada sebagian masyarakat kita yang suka terus mau bilang apa ? Di radio, musik berjaya ketimbang acara drama sinetron atau talkshow, he3... Meski yach penulis mesti terus terang bilang, meski namanya industri musik, tapi label rekaman bukan pabrik yang mesti dipaksa terus menerus mensuplai apa yang tengah nge-hits tapi juga menawarkan pilihan yang unik dan ( syukur2 ) berkualitas. Untuk yang satu ini, acung jempol buat Budi Doremi yang berhasil mencuri perhatian dengan notasi lagu yang cukup nyeleneh dan keluar dari arus boyband yang lagi mewabah.


Apa selanjutnya ?

Jual CD kok di restoran fastfood dan minimarket ? Tapi kenyataannya memang inilah siasat beberapa label “mengakali” rendahnya tingkat penjualan produk fisik di toko kaset yang betulan. Di kedua jenis usaha yang penulis sebut diawal, setidaknya profesi kasir tidak lagi sebatas menghitung belanjaan yang dibeli oleh konsumen namun juga merangkap sebagai agen penjualan cd artis. Ada pula yang menjual tembangnya dengan sistem membundling dengan tipe ponsel keluaran terbaru atau malah memasarkannya di pom bensin.    

Bila di luar negeri, ada yang namanya iTunes sebagai penyedia layanan penjualan musik online, maka untuk skala lokal tersebutlah nama LangitMusik. Ditengah kebiasaan masyarakat kita yang senangnya “gratisan”, mengkampanyekan cara mendapatkan lagu dengan legal pasti tidak cukup sekedar slogan “stop piracy”. Lagi2 konsumen mesti diberikan value-added agar lagu legal tidak hanya sebatas kenikmatan untuk didengar namun memiliki nilai memorable.

Ada seloroh begini. Siapa pencipta lagu yang paling dikenal tahun 2011 ini ? Ternyata jawabannya bukan Melly Goeslaw atau Dewiq, tapi pak Susilo Bambang Yudhoyono. Yup, berkat theme song Sea Games yang beliau ciptakan, hasil karyanya mendadak menjadi happening banget, he3...

Sorry to say, tahun 2011 ini terlalu banyak tembang daur ulang yang justru tidak dire-touch dengan baik. Entah ada apa dengan kreatifitas pencipta lagu tahun ini, sehingga label lebih condong melakukan “jalan pintas” artis2 barunya dengan memberikan lagu lawas untuk disajikan kembali, seakan label menjadi pabrik artis pendatang baru dan bukan pencetak karya dengaran yang mumpuni.

Mungkin banyak produser musik yang bertanya-tanya kira2 trend musik di tahun naga air 2012 bakal seperti apa yach ? Masihkah trend boyband bertahan, adakah penerus dangdut yang layak diperhitungkan eksistensinya setelah Ayu Tingting yang bisa tampil ke permukaan, apakah pamor band2 pop melayu bakal tenggelam, atau akankah aliran musik rock/alternatif bakal kembali merangsek pasar ? Kita nantikan juga siapa lagi “selebritis musik” pendatang baru hasil audisi YouTube J

Jumat, 23 Desember 2011

HIMstage : Maafkan ( TLB )


Tanpa mendapat sentuhan seorang ahli estetika, berlian akan terlihat biasa.  Namun jika sebaliknya, maka sebuah berlian akan memancarkan kilauan yang indah.  Dan bukan nggak mungkin waktu akan memberikan nilai yang berharga. Lantas apa hubunganya dengan TLB.

Ibarat berlian, Band asal Surabaya ini adalah penemuan yang luar biasa di industri musik.  Dengan menyisihkan lebih dari 4000 band lain dalam sebuah ajang kompetisi band berskala nasional pada tahun 2010, jelas mereka punya potensi besar untuk menjadi luar biasa. Itu sebabnya Trinity Optima Production dan Musica Studios  mempercayainya sebagai debutan baru yang akan memberikan nuansa segar dalam scene musik lokal.

Ya, The Lonely Bullz atau akrab disapa TLB kini kembali dan membawa sebuah paket musikal yang lebih berkarakter, dinamis, dan industrial. Debut ini diberi judul Meraih Mimpi.  “Sama dengan semua orang, kami berempat juga punya mimpi,” sembur Meta, vokalis TLB yang masih berstatus jomblo. “Mimpi itu mungkin sudah digariskan . Ayo maju dan jangan diam. Kalau kita nggak maju dan berusaha meraihnya, tentunya nggak akan bisa mendapatkan mimpi itu,” jelas sosok pemalu ini. 

Judul album tersebut mungkin sudah bisa menggambarkan betapa optimisnya TLB dengan formasi yang sekarang. Seakan tak perduli dengan hengkangnya Voe ( gitaris ) di awal tahun 2011 lalu. Yang jelas, ketika komitmen sudah dihembuskan, mereka nggak akan mundur ke belakang.  “Sederhana, Voe udah nggak satu visi dengan kami. Meski personel berkurang, kita tetap harus maju,” tegas Doddy, kibordis yang pernah jadi mentor Meta saat PKL. Nggak heran, kalo Meraih Mimpi ini masuk ke dalam barisan trek yang dibentangkan olehnya.

Kembali ke trek, band yang pernah masuk dalam album kompilasi rilisan 2010 ini membawa banyak bekal untuk dapat memeriahkan scene musik ini. Kedalaman mereka bermusik amat terasa ketika menggeber 9 trek yang dihadirkan di album ini. Diantaranya adalah single debut berjudul Maafkan. Hey, mereka coba menerjemahkan arti kesetiaan dan kejujuran dalam lagu ini.

“Maafkan adalah lagu yang buat kita semakin dewasa. Secara aransemen, setiap instrumen mungkin lebih merata. Tapi tetap punya karakter yang kuat dalam unsur-unsur lain yang ada di lagu ini,” terang Bembi, basis yang pernah ngeband dengan aliran hip hop ini.

Pada lagu Lelah Dengan Mu, konon kabarnya terjadi eksplorasi musikal. “Ya, secara musikal, aransemennya cenderung bernuansa rock. Kami memasukan unsur electro yang lebih tebal lewat eksplorasi keyboard disini,” tambah Doddy.  “Sementara soal cerita, lagu ini semacam sebuah kondisi dimana tentang tensi tinggi perasaan akibat “cinta” yang nggak sesuai dengan keinginan. Sehingga rasa lelah itu membumbung tinggi dan ingin segera menyudahinya,“  ungkap Meta, yang dulunya anak BMX ini.

Dan kemudian mereka nggak melewatkan bagaimana rasanya falling in love saat nomor Jatuh Cinta berhembus.  “Saat mengingat seseorang yang kita cintai, ini lagi yang asik untuk didengarkan dalam sebuah perjalanan. Musiknya yang easy listening dan catchy, bikin rindu sosok yang dicintai,” kata Rinto, penggebuk drum TLB.

Jangan lewatkan pula harmonisasi yang dieksplorasikan dengan manis lewat lagu berjudul  Hancur, Bila Saatnya, Will You Marry Me dan Aku Menyesal. Lewat deretan trek di atas, album ini bisa dibilang paket yang bisa menyenangkan perasaan penikmat. “Tentunya kita menulis ini semua saat perasaan kami berkata. Dan cinta adalah cerita yang sering kita ungkapkan dalam dalam setiap barisan lirik lagu,” ujar Doddy.

Bersama produser brilian, Krisna Sadrach ( Ungu, ST12 ) dan Hans ( additional player ), Meta, Doddy, Bembi dan Rinto membesut konsep musik yang ada di album debutnya selama hampir setahun di Jakarta. “Memang ada kerinduan yang sangat besar pada Surabaya. Tapi kami merasa, dengan keberadaan kami di sini ( Jakarta ) selama proses rekaman, tentunya menjadikan TLB lebih fokus dan maksimal dalam menggarap album ini,” kenang Meta.

“Ya, mereka memang seorang juara. Namun, berkat kesabaran dan terpaan mental yang kuat, mereka seperti band juara yang berbeda. Musik mereka sekarang lebih matang, menarik, dan sepertinya karakter rocknya lebih terasa lagi. Cukup puas dengan kerja kerasnya selama rekaman. Saya berharap, dengan hadirnya TLB, mereka bisa memberikan nuansa yang nggak bisa di scene musik Indonesia,” papar Yonathan Nugroho, Eksekutif Produser Trinity Optima Production. 

Oh iya, lewat formasi Meta, Voe ( gitaris yang kini hengkang ), Bembi, Doddy dan Rinto, TLB pernah melepas dua single dalam album Kompilasi Wanted (2009), yakni Tak Marah dan Terpuruk. Mereka bisa dibilang salah satu “produk” terbaik asal Surabaya. “Sebuah kebanggaan kalo akhirnya kita masuk industri musik Indonesia. Berada disini membuat pola pikir TLB dalam bermusik jadi lebih luas lagi. Dan selain itu, mental kami lebih kuat,” tegas Rinto.

“Keputusan yang utama tentu saja ada apa tim juri. Namun saya pribadi melihat mereka punya warna musik yang beda dengan vokalis cewek. Paket visualnya, sangat menarik. Tak salah kalo waktu itu dia yang menjadi juara. Semoga saja, dengan warna musik yang lebih berciri, mereka bisa memberikan sesuatu yang lebih berwarna bagi industry musik Indonesia,” kata Indrawati Widjaja, A&R Director Musica Studio’s.

Dengan semangat yang baru, pengalaman yang lebih luas, serta pola pikir bermusik yang lebih dewasa, bukan nggak mungkin berlian ini akan menjadi elemen penting dari sebuah roda musik Indonesia. “Dengan banyak pengalaman yang kami dapat, musik dan kedalaman eksplorasinya, kami berharap dapat ikut menjadi bagian dari para musisi yang ingin meraih mimpi. Inspirasi kami adalah keindahan harmoni dari musik itu sendiri” tutup Doddy. Selamat bergabung, para banteng tangguh !


Yanto Sutardji
Trinity Optima Production
Jl. Hayam Wuruk 58
Jakarta 11160
Twitter : @Yantotrinity @TrinityOptimaP

HIMstage : Bukan karena surga ( Parcel )

Ibu, bukan karena surga ada ditelapakmu aku jadi mencintaimu, tetapi aku mencintaimu karena kau memang benar-benar pantas untuk di cintai. Itu adalah makna sepenggal lirik ”bukan karena surga” yang merupakan single ke 3 dari band Parcel dan baru-baru ini di rilis serentak di radio-radio tanah air.

Band ( yang beranggotakan JAZZ vocal, YUGO synthesizer, CHANTIKA gitar, NDRY bass, and CRIEZ drum ) ini memang sengaja merilis single ke 3 mereka bertepatan tanggal 22 desember yang notabene nya adalah hari ibu dengan tujuan sebagai ungkapan kecintaan dan apresiasi terindah yang sebesar-besarnya terhadap ibu mereka. Parcel band juga mengaku bahwa apa yang mereka telah raih dari sebuah mimpi mereka hingga bisa menelurkan sebuah album yang mereka beri judul “senang-senang” semua tak lepas dari semangat yang diberikan oleh ibu mereka.

Diproduseri oleh Edwin gitaris dari band Cokelat dan berada di sebuah label Sound Entertaintment milik Edwin cokelat, Nirina Zubir dan bersama suaminya Ernest Cokelat, Parcel berharap bisa terus memberikan pesan yang positif melalui eksistensinya menghadirkan semangat kecintaan dan menghargai beragam warna industri musik tanah air. Band yang telah berdiri sejak 8 Maret 2005 dan memiliki genre music electro pop ini juga berharap melalui lagu bukan karena surga ( track 10 dari 10 lagu di album senang-senang ) bisa terus memanjakan dan memberikan bingkisan indah kepada parcelmania lewat karya-karyanya.

Teringat Masa – Masa | Kau Mengasuh Aku | Air Mata Kau Simpan Demiku | Kau Rela Meski Lelah | Dan Tutupi Duka Semua Hanya Demiku Bahagia | Bukan Karena Surga Kumencintaimu | Tapi Kau Pantas Tuk Di Cintai |


Basecamp :
Jl. Balong Kirai No. 09 Rt 12 Kalisari, Cijantung Jakarta Timur
Telepon                        : +6221.8706361
Info chart                      :  bombompromosi & parcel_band@yahoo.com
Website                        : www.parcelband.com
Twitter                           : Twitter.com/parcelband  
Fan Page Facebook      : Facebook.com/parcelband
YouTube                       : youtube.com/PARCELBANDOFFICIAL
Manager                       : BomBom 0817.463.462 | PIN BB :  26C11534

Video :

HIMstage : Lupakan pacarmu ( Mr.Branddy )

Terbentuk pada awal Februari 2005, sebuah nama MR. BRANDDY diambil untuk mewakili karakter tokoh yang kisahnya diangkat dalam karya cipta mereka. Terdiri dari DEFFA ( Vokal ), WILLY ( Gitar ), INO’ ( Bass ), MICHAEL ( Keyboard ) dan DENDY ( Drum ) yang masing-masing mempunyai 'rasa' dalam meramu sebuah lagu sehingga tercipta sebuah karya yang 'berwarna'. Kekuatan vokal DEFFA dibarengi iringan musik yang indah dari personil lainnya menjadikan karya mereka apik dan enak didengar. POP adalah warna musik yang ditawarkan MR. BRANDDY, sehingga mudah bagi pencipta musik di tanah air untuk menikmatinya.

Pengalaman bermusik telah menggembleng mereka semakin matang dalam mencipta karya hingga pada akhirnya  telah terkumpul lebih dari 50 lagu yang  mereka ciptakan. Dengan modal  tersebut mereka  mencoba untuk menawarkan kepada penikmat musik di tanah air untuk turut merasakan apa yang dirasakan Mr.Branddy.

Mereka memilih 11 lagu diantaranya :
1. LUPAKAN PACARMU
2. BILA KAU RINDU
3. CINTA
4. SALAHKAH AKU
5. RASA BIASA 
6. SEDIKIT DIHATIMU
7. TAK BISA TANPAMU 
8. MAAFKAN
9. BUKAN INGINKU
10. KEMBALILAH
11. TIADA DUANYA 
 
Yang diyakini dapat menjadi tonggak dikenalnya Mr.Branddy di blantika musik Indonesia. Berpegang pada keyakinan tersebut, pada tahun 2008 mereka berhasil menjalin kerjasama dengan GAJ Records dan BRAVO MUSIK   untuk menggarap  album  pertama MR. BRANDDY  bertitel : Sedikit Di Hatimu " dengan Single Hits " Bila Kau Rindu " dan Best Cut " Cinta ” .

Seperti band – band lainnya, MR. BRANDDY juga mengalami pasang surut, seperti pergantian personil. Pada saat ini formasi band telah berubah yakni, DEFFA ( Vokal ), WILLY ( Gitar ), YENNIZ ( Gitar ), INO’ ( Bass ), DENDY ( Drum ), MICHAEL ( Keyboard ). karena pada bulan Desember 2009 berganti format tambahan dua gitar. Yang akhirnya pada tahun 2010 mereka berkerjasama dengan 29MUSIKINDO untuk melanjutkan promo album mereka dengan hit single ” Rasa Biasa ” dan best cut ” Lupakan Pacarmu ”. Mereka yakin album Mr.Branddy ini dapat mendapatkan tempat dihati serta mewakili perasaan seluruh masyarakat Indonesia.

Contact       : mrbranddy@yahoo.co.id (Group Facebook)
Telp   : 081.8584544 / Pin BB : 22AE34C2

HIMstage : Sepanjang jalan kenangan ( The Rain )

Single Pertama Album JINGGA SENJA DAN DERU HUJAN
Telah tiga tahun sejak THE RAIN merilis album Perjalanan Tak Tergantikan (2009). Kini di tahun ke-10 perjalanan mereka, kuartet asal Jogja yang beranggotakan Indra Prasta ( vokal / gitar ), Iwan Tanda ( gitar ), Ipul Bahri ( bass ) dan Aang Anggoro ( drum ) ini kembali lewat album kelima yang berjudul Jingga Senja dan Deru Hujan. Ini adalah jeda-antar-album terlama sepanjang perjalanan THE RAIN. Ke mana saja mereka selama tiga tahun ini?

Setelah dirilis pada Januari 2009, album Perjalanan Tak Tergantikan berhasil menelurkan 4 buah single. Di sela jadwal panggung sepanjang awal 2010, Indra dan Aang menulis Komik Cihuy Anak Band, sebuah komik banyolan tentang dunia anak band Indonesia. Dirilis pada pertengahan 2010, KCAB segera menjadi bahasan hangat di kalangan media, pelaku industri musik dan dunia komik dalam negeri.

Beberapa bulan kemudian, sadar bahwa mereka belum punya cukup waktu untuk menggarap album, THE RAIN merilis sebuah single baru berjudul Bermain Dengan Hatiku sebagai jembatan menuju album kelima. Band yang sering menyebut diri mereka sebagai orkes kuartet keliling ini baru mulai merekam demo album kelima pada awal 2011, berbarengan dengan dimulainya tur mereka ke puluhan sekolah. Jadwal tur yang diberi nama tur Jagoan Muda ini menunda banyak sesi rekaman hingga pertengahan 2011.

Dari belasan lagu yang direkam, lagu Sepanjang Jalan Kenangan dipilih menjadi single pertama. Lagu lawas karya mendiang Is Haryanto ini pertama kali mereka rekam secara iseng saat penggarapan album ketiga THE RAIN, Serenade (2007). Direkam spontan secara live, lalu demonya tersimpan hingga ditemukan lagi empat tahun kemudian.

Pada pertengahan tahun 2011, THE RAIN membawakan lagu ini saat manggung live di sebuah acara televisi. Sesaat setelah turun panggung, banyak komentar positif yang masuk dari berbagai pihak, tak sedikit yang meminta agar lagu tersebut dimasukkan ke dalam album baru. Dua minggu kemudian, THE RAIN benar-benar merekam lagu Sepanjang Jalan Kenangan di sesi terakhir rekaman album Jingga Senja dan Deru Hujan.

Sepanjang Jalan Kenangan, sebuah komposisi yang sederhana namun menyentuh, menandai 10 tahun perjalanan THE RAIN.


Band management:
Roberto Pieter 0818951886
Hary Kace 081806850985

GREEN ENT
Jl. Danau Poso Blok D1/19
Pejompongan-Bendungan Hilir
Jakarta Pusat 10210

Telp. 021. 573 6154
Fax. 021. 578 54217
Twitter: @therainband

HIMstage : Papua dalam cinta ( Pay ft. Soa Soa )

Setelah ‘Pas Kena Hatiku’ bareng Vanya dan Irang, Pay kembali mempersembahkan karya terbarunya, kali ini dengan menggandeng Soa Soa, group vokal asal Papua, dengan judul ‘Papua Dalam Cinta’. Masih dalam karakter pop ala Pay yang lebih sering kita sebut dengan Pop Pay, dalam lagu ini Pay menghilangkan unsur elektronik dan lebih mengedepankan permainan gitar dengan style dan sound yang renyah, dilengkapi dengan menambahkan unsur Rap dalam bahasa Papua, membuat lagu ‘Papua Dalam Cinta’ terdengar sangat renyah sekaligus ear catchy.

‘Papua Dalam Cinta’ bercerita tentang Papua yang sarat dengan keindahan alam, seni dan budaya, yang secara tidak langsung akan mengingatkan kita akan fakta bahwa Papua adalah aset bangsa yang sangat berharga, dan sudah selayaknya harus  kita jaga dengan baik. Keindahan lyric lagu ini seolah membius kita bahkan sampai muncul rasa haru.

Soa Soa terdiri dari 4 orang pemuda asal Papua, yaitu Micky ( idol ), Boi, Aco, dan Stanley, yang sudah cukup lama malang melintang di dunia entertainment ibukota. Satu paket lengkap yang ditawarkan Soa Soa, dari vocal group + acapella, dance, rap semua akan selalu menghiasi setiap live performance group ini. Sementara arti kata Soa Soa sendiri itu adalah sejenis biawak kecil.

Pay menyebut ‘Papua Dalam Cinta’ sebagai edisi spesial, sebuah wujud kepedulian dan simpati atas krisis yang terjadi di Papua selama ini, karena Papua tidak hanya berisi kepentingan-kepentingan politik dan bisnis, akan tetapi Papua juga punya atlit, musisi, alam yang indah, hasil bumi yang sangat menjanjikan, seni budaya, dan masih banyak lagi aspek yang sangat berpotensi mengharumkan nama bangsa Indonesia di mata dunia. Hal inilah yang membuat Pay ingin merilis single ini terlebih dahulu sebelum single ke-dua yang rencananya akan rilis Januari 2012 mendatang. [st]


Sutan Kamanjaya
MULTISWARA Label & Artist Management
Jl. Warung Buncit Raya no. 6
Gedung Gerai Halo Telkomsel lt. 3
JAKSEL
===============================
YM/twitter/4sq: sutan_new@yahoo.com
Mobile: 08176550702
http://www.multiswara.com/sites/


HIMstage : Love is you ( Cherry Belle )

Setelah berhasil menjadi fenomena baru di kancah musik Indonesia lewat single debut yang berjudul Dilema dari mini albumnya Love Is You, Cherrybelle kembali mencoba menghipnotis para pecinta K Pop dengan single kedua dari mini album ini.

Lagu yang bertitle Love Is You pun dirilis sebagai single kedua dan diharapkan mampu melebihi kesuksesan Dilema yang telah mengantarkan Cherrybelle menjadi salah satu Girlband yang sangat diperhitungkan dalam peta musik tanah air saat ini..

Masih dengan ciri khas Chibi yang menggemaskan, mereka menyanyikan lagu ciptaan penulis lagu paling dicari saat ini Bemby Noor, lagu Love Is You adalah ungkapan cinta Chibi terhadap universe, sesama dan all mankind..bisa kita simak disini..cinta itu bisa untuk siapa saja...kekasih, teman, musuh, alam semesta dan seluruh isinya..

Cinta memang untuk semua yang ada di alam semesta ini..dengan aransemen musik yang lebih ceria, tidak mengurangi keromantisan dari lagu Love Is You.. Mari kita nantikan gebrakan Cherrybelle selanjutnya lewat single kedua mereka ini LOVE IS YOU.. Enjoy the song!

@Angel_ChiBi @AnisaChiBi @CherlyChiBi @ChristyChiBi @DeviChiBi @FellyChiBi @GigiChiBi @RynChiBi @WendaChiBi


Released by  Catz Records
Victor Kho +628170955630 (CHIBI Manajemen )
Dio 0817337948 diotarra@gmail.com ( Radio promotion )
Freddy 021 99184119  ( TV promotion )
Kinoi ( Print Media Promotion )
Theo 0818 90 1414 rajahanakin@gmail.com

PT. INOVA DIGIMEDIA member of Tarra Group
PLATINUM & CATZ RECORDS
Jl. Pesanggrahan Raya No. 17, Kebon Jeruk – Jakarta Barat 11620 Indonesia
Telp +62 21 584 7861 (hunting) fax +62 21 586 4411 & +62 21 5853617

HIMstage : Player ( DubStars )

Boyband beranggotakan 4 orang ini dipersatukan tangan dingin Bunda Maia Estianty pada Juli 2011. Audisi & pembentukan group memakan waktu hampir 4 bulan.

DubStars, nama yang diberikan Bunda Maia yang artinya gelar bintang, dimotori Julian Syahputra a.k.a Julian ( Finalis Indonesian Idol 2007 ), Stevano Andrie Wowiling a.k.a Steve ( Finalis Indonesian Idol 2007 ), Raja Mario Cesar N a.k.a Mario ( Juara 1 Bintang Radio Nasional 2008 ) & Ali Akbar Zaelani  a.k.a Lilo ( Foto Model, pemain sinetron & film ).

Berbekal single lama milik Pasto yang liriknya ditulis Fla (Tofu), DubStars mengandalkan “Player” sebagai 1st single & bekal untuk meraih sukses diranah musik tanah air. Dengan jenis musik medium up yang energik & di aransement langsung oleh Bunda Maia, “Player” terasa lebih fresh & easy listening.

Berbeda dengan boyband yang sudah ada, DubStars hadir tidak hanya mengandalkan vocal tetapi juga kemahiran bermain alat musik. Skill bermusik yang dimiliki DubStars layak mendapatkan apresiasi lebih. Jadi tidak mengherankan jika disetiap penampilannya DubStars selalu mengusung alat musik. Hadirnya DubStars diharapkan mampu menepis stigma bahwa boyband hanya mengandalkan tampang & body. Amin……… (d3l)

Follow Us @LeMoesiekRevole
@DubStars_
FB : DubStars Boyband

Warm Regards, AD3L
Radio Promotion PT. LMR
Jl. Susilo Raya No. 112, Grogol Petamburan, Jak Bar 11460
0815 7800 5473
Tel: (021) 56949658
Fax: (021) 56952149
adelina_etta@yahoo.com | adel.lemoesiek@gmail.com