Minggu, 29 Desember 2013

HIMstage : Tak pernah ternilai ( Last Child )


Sibuk dengan kegiatan masing-masing nggak membuat Virgoun ( vokal, gitar ), Mamie ( gitar ), Dimaz ( bass ) dan Ipank ( drum ) nggak lupa untuk kembali ke rumah musik mereka, Last Child. Setelah menempa telinga pendengar musik Tanah Air lewat barisan lagu dalam album Our Biggest Thing Ever, #OBTE kini kuartet ini kembali dengan single terbaru mereka, Tak Pernah Ternilai.
 
“Selain manggung belakangan kami juga disibukan dengan kehidupan masing-masing. Mamie dengan keluarganya, Dhimaz yang sibuk dengan clothing dan hidup barunya, Ipank yang sibuk bolak-balik Jakarta – Pelabuhan Ratu ngurus ibunya sama gue pribadi yang lagi fokus sama proyek gitar handmade yang gue desain sendiri. Tapi ujungnya balik lagi ke Last Child. Mau gimana juga, band in ijuga harus terus bergerak,” ujar Virgoun mewakili rekan-rekannya.
 
Sibuk dengan urusan pribadi nggak bikin mereka lupa. Nggak hanya tentang rekaman, tapi juga mengembangkan diri secara musikalitas. Pendewasaan diri itu terdengar nyata di Tak Pernah Ternilai dimana nuansa country kental terasa.

“Lebih ke back to to the roots sih. Berkacanya malah ke musik 90an dan sebelumnya. Banyak kami kami jadiin rolemodel untuk musik Last Child ke depannya. Gue ngasih unsur country dan blues, Mamie bawa rock n roll, Ipank sentuhan alternatif dan Dimaz yang ngasih unsur punk rocknya. Semuanya dijadiin satu. Juga dari sound sampai ke fashionnya. Overall sih lebih matang dan terkonsep,” ujar Virgoun.
 
“Oh iya, cara nyanyi gue juga berubah pastinya. Untuk ngembanginnya gue belajar sama nyokap yang memang penyanyi blues pas muda dulu. Belajar banyaklah dari beliau,” tambah sang vokalis lagi.  Last Child dikenal selalu berhasil untuk menciptakan lagu yang memiliki nyawa hingga membuat hampir semua yang mereka bawakan memiliki makna tersendiri. Begitu juga dengan Tak Pernah ternilai ini, dimana kisah cinta dari sang vokalis, Virgoun jadi latar belakang idenya. Sebuah kondisi dimana sebuah usaha untuk memperbaiki sebuah hubungan nyatanya nggak mendapat respon positif dari pasangan atas kesalahan yang sulit dimaafkan.
 
“Ide dasarnya sederhana, dari pengalaman sendiri. Gue bikin salah, menyesal  dan berusaha untuk memperbaiki tapi nggak digubris. Mungkin kesalahan yang gue buat itu fatal sampai dia putusin hubungan gue sama dia,” ujar Virgoun sang vokalis.
 
Membangkitkan nyawa sebuah lagu nggak mudah dan itulah tantangan yang ditemui oleh Last Child dalam proses kreatif yang mereka lakukan. Virgoun yang membuat lagu ini mengaku jika membuat lagu itu mudah, namun membangkitkan soul dari lagu itu sendiri yang cukup sulit. Ketika lirik dan nada dasar sudah ketemu, kemudian bagaimana caranya mereka untuk menyusun aransemen yang akan membuat lagu ini lebih mendalam.
 
“Lagu ini ada dalam waktu yang cukup singkat, kurang lebih setengah jam. Liriknya juga mengalir keluar begitu saja. Gue semakin galau semakin keluar lagu-lagu lainnya. Yang sulit adalah ke proses aransemen dan produksinya. Kami harus mondar-mandir  ke studio untuk merekam ulang. Revisi karena temponya nggak pas. Untuk membuat perbedaan dengan lagu-lagu sebelumnya, juga bikin lebih dalam, lagu ini juga ditambahin dengan string,” sergah Virgoun lagi. 

Penilaian matang atau tidaknya lagu ini juga lewat produser Last Child, Ibu Morin Chandra dari dr.m. Tantangan untuk single berikutnya dari Last Child ini memang dirasakan sangat berat karena harus bisa menandingi kesuksesan single mereka sebelumnya yaitu Seluruh Nafas Ini. Ada beberapa kandidat lagu yang diberikan sebelum akhirnya pilihan jatuh pada lagu Tak Pernah Ternilai yang dirasakan memiliki lirik dan nada yang sangat kuat. Penilaian tersebut langsung digarap total oleh para personel Last Child.
 
“Ketika beliau bilang begitu, gue dan anak-anak (personel Last Child) langsung komit untuk berusaha ngasih input yang bagus. Nyari sound yang pas, pemilihan nada yang pas juga lewat instrument dan eksplor lagi vokal gue. Hasilnya begini, gue sih puas,” papar sang vokalis. Single Tak Pernah Ternilai tidak hanya menjadi senjata baru Last Child dalam mengarungi blantika musi Indonesia ini, tapi juga diharapkan bisa menjadi jembatan untuk album terbaru mereka.
 
Sekilas tentang Last Child

Last Child merupakan grup musik asal Indonesia yang dibentuk pada 11 Januari 2006. Di bawah naungan label dr.m, Last Child menjadi lebih berkembang. Setelah sukses dengan single Diary Depresiku, Pedih, dan Percayalah itu, Last Child kemudian merilis album Our Biggest Thing Ever di seluruh gerai KFC indonesia di tahun 2012 dan mendapatkan multi platinum award. Di album ini, mereka juga merangkul Gisel, di lagu Seluruh Nafas Ini yang menjadi single album mereka dan berhasil bertahan menjadi salah satu dari top singles yang ada di industri musik Indonesia.
 
Twitter : @myLASTCHILD |  Facebook : Last Child
Video Lirik #TPT
Youtube : LAST CHILD TV
 
LAST CHILD -  “TAK PERNAH TERNILAI”
Composer : Virgoun Teguh Putra
Producer : Morin Chandra
Publisher : dr.m
Mixing & Mastering : Jason O’ Bryan
Photograph: Pio Kharisma http://www.piokharisma.com/
Wardrobe: Bloop and Endorse
(P) n (C) 2013, dr.m 
 
 
Kontak :
Wisye Batubara
Radio & Print Media Promotion
@myLASTCHILD | @ashillazhrtiara | @PAPERPLANErock
HP & WA: 0812 2099 9979 | @germaniari
@drm_music | @drm_digital

Tidak ada komentar:

Posting Komentar